OPINI Jalurmedia.com – Peristiwa 11 September 2001 atau yang dikenal sebagai tragedi 9/11 yang terjadi di Amerika Serikat merupakan peristiwa yang menggemparkan seluruh dunia. Peristiawa serangan ini terjadi pada tahun 2001 lalu tepatnya berlokasi di Gedung World Trade Center (WTC), New York City, Amerika Serikat.
World Trade Center atau yang disingkat WTC dikenal sebagai Menara kembar. Gedung ini dinobatkan sebagai gedung tertinggi pada tahun 1970an dan terletak di jantung ibukota New York City.
Berdasarkan sejarah dan pelaporan dalam dunia internasional, serangan 9/11 memakan korban kurang lebih setidaknya tiga ribu orang. Hal ini tentunya memacu berbagai kecaman dalam dunia internasional atas peristiwa ini.
Adapun serangan ini dikenal sebagai salah satu serangan terorisme yang cukup memborbardir dunia internasional pada masa itu.
Serangan 9/11 dimulai dengan aksi serangan terorisme yang menabrak menara kembar WTC. Serangan tersebut menggunakan pesawat komersial AS yakni American Airlines dan United Airlines. Adapun otak dari serangan ini adalah kelompok militan taliban yakni Al Qaeda yang dipimpin oleh Osama Bin Laden.
Terjadinya serangan 9/11
Tragedi 9/11 dimulai dengan aksi pembajakan oleh kelompok militan yang dikenal sebagai aksi terorisme terhadap empat pesawat komersial AS.
Peristiwa ini bermula dari serangan oleh dua maskapai komersial AS yakni American Airlines dan United Airlines yang menabrak menara kembar WTC.
Pesawat American Airlines memuat sebelas awak kabin, 76 penumpang sipil dan 5 orang pembajak. Mereka hendak terbang dari Boston menuju Los Angeles, Amerika Serikat.
Kemudian, pesawat United Airlines yang hendak bertolak dari Boston menuju Los Angeles. Maskapai inipun membawa sembilan orang awak, 51 penumpang dan lima orang pembajak.
Pesawat ketiga yakni American Airlines. Maskapai ini memiliki rute terbang dari Washington DC menuju Los Angeles. Di dalamnya terdapat enam awak kabin, 53 penumpang dan lima orang pembajak.
Pesawat lainnya yakni United Airlines dengan memuat tujuh awak, 33 penumpang dan lima orang pembajak. Masapai ini hendak bertolak dari Newark ke San Fransisco.
Aksi pembajakan oleh sekelompok militan dilanjutkan dengan menjatuhkan dan menabrakan dua pesawat komersial ke Gedung WTC. Hal tersebutlah yang menyebabkan Menara Gedung runtuh dan terbakar dalam hitungan menit.
Berbagai korban berjatuhan termasuk warga sipil didalamnya. Pesawat ketiga dijatuhkan di markas besar militer AS di Washington DC. Sedangkan pesawat keempat dijatuhkan di daerah Pennsylvania. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk menyerang Gedung Capitol di Washington DC.
Aksis terorisme pada serangan 9/11
Presiden Amerika Serikat pada masa itu, Presiden Goerge W. Bush menyatakan serangan 9/11 sebagai aksi terorisme. Hal ini diperkuat dengan adanya indikator pembajakan yang dilakukan oleh sekelompok militan pada maskapai komersial AS.
Dalam dunia internasional pun timbul berbagai kecaman dan pertanyaan mengapa serangan terorisme terhebat pada masa itu terjadi di AS sebagai negara adidaya dan super power dengan kekuatan militer yang mapan.
Faktor apa saja yang membuat serangan terorisme bisa terjadi dipusat kota New York. Ada apa dengan Amerika Serika? Adakah kebijakan tertentu oleh pemerintah negara kuasa ini yang memicu terjadinya aksi terorisme oleh kelompok militan.
Tentunya pertanyaan-pertanyaan seperti ini masih diperhitungkan sampai saat ini mengingat begitu besarnya serangan yang terjadi pada masa itu.
Menurut pepatah bahwa tidak ada asap jika tidak ada api yang dinyalakan dan begitupun dengan apa yang terjadi pada tragedi 9/11. Serangan hebat yang terjadi dua puluh tahun silam menimbulkan begitu banyak konspirasi dan pendapat dari berbagai pihak.
Adapun berdasarkan fakta dan analisis yang ada sejauh ini hal ini terjadi atas serangan dari Al Qaeda sebagai kelompok militan atau aksi 9/11 ini dikecam sebagai aksi terorisme.
Adapun tentunya ada motif yang terjadi dibalik suatu serangan. Suatu kelompok radikal atau militan biasanya akan bertindak ketika ada hal besar yang menjadi pemicu. Contoh saja seperti penolakan atas suatu kebijakan pemerintah yang menjadi tolak ukur utama terjadinya suatu serangan. Serangan itu sendiri merupakan bentuk protes oleh kelompok militan kepada suatu kekuasaan.
Mengenai latar belakang serangan terhadap Amerika Serikat sendiri, asumsi berdasarkan fakta yang ada adalah hal tersebut disebabkan karena adanya kebijakan yang timpang. Kebijakan yang dibuat oleh Amerika Serikat dinilai cenderung bersifat merugikan negara Islam.
Hal ini seperti contohnya adalah embargo ekonomi yang dilakukan oleh AS terhadap Iraq sejak tahun 1990. Kemudian keikutsertaan dan invansi AS dalam beberapa konflik di Timur Tengah. Selanjutnya diikuti dengan dukungan terhadap Israel, intervensi militer AS di beberapa negara di Timur Tengah dan lain sebagainya.
Pasca Tragedi 9/11 (Geopolitik AS)
Aksi terorisme yang dilakukan oleh Al Qaeda pada tahun 2001 silam membuat Amerika Serikat semakin gencar untuk menyuarakan aksi melawan teorisme atau yang dikenal dengan istilah war on terror.
Tujuan Amerika Serikat untuk menewaskan Osama Bin Laden sebagai dalang utama dari serangan 9/11 pun telah tercapai. Adapun Amerika Serikat sebagai negara adidaya semakin berkoar dengan konsep war on terrornya.
Konsep war on terror yang digaungkan oleh Amerika Serikat sendiri semakin membuat Amerika Serikat mantap untuk membentuk aliansinya dalam dunia internasional dengan belandaskan bersama untuk memerangi aksi terorisme.
Atas konsep yang digaungkannya, membuat berbagai kebijakan luar negeri Amerika Serikat cenderung hanya berfokus pada perlengkapan. Hal ini dilakukan untuk memuluskan konsep perang melawan aksi terorisme.
Berbagai negara muslim tentunya mendukung kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Hal ini didukung dengan kerjasama yang dibentuk oleh Amerika Serikat dengan negara-negara muslim. Contoh saja seperti kerjasama minyak dengan Arab Saudi. Mereka mendatangkan militer AS di Afghanistan dan juga proyek-proyek militer di Timur Tengah.
Namun, tak hanya sampai disitu kebijakan luar negeri AS juga berpengaruh kepada negara-negara Asia termasuk Asia Timur dan Indonesia yang sekarang turut mendukung kebijakan AS. Hal ini pada akhirnya memberikan keuntungan bagi AS dalam memobilisasi setiap kebijakannya yang akan berpengaruh kepada negara-negara lain.