Hustle Culture, Sebutan Bagi Kamu Si Workaholic dan Rawan Burnout!
Health

Hustle Culture, Sebutan Bagi Kamu Si Workaholic dan Rawan Burnout!

Jalurmedia.com – Dibutuhkan banyak pekerjaan untuk mencapai tujuan. Tetapi ini tidak berarti bahwa Kamu hidup hanya untuk bekerja. Jika Kamu seorang workaholic, Kamu mungkin terjebak dalam gaya hidup yang didasarkan pada hustle culture.

Mengtuip pernyataan dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dikatakan bahwa orang dengan gaya hidup hustle culture merasa perlu tetap bekerja keras dan hanya butuh sedikit waktu untuk istirahat. Tak heran jika hustle culture disebut juga workaholic.

Hustle culture merugikan kesehatan fisik dan mental. Pasalnya, orang yang terjebak dalam budaya ini percaya bahwa bekerja adalah satu-satunya jalan menuju kesuksesan dan kemakmuran. Akibatnya, jam kerja seringkali melebihi jam normal. Lembur adalah makanan sehari-hari.

Apa bahaya hustle culture?

Kondisi ini sering terjadi pada pekerja di berbagai perusahaan, terutama di kalangan milenial yang baru lulus cenderung terjebak dalam hustle culture ini. Disamping banyaknya tuntutan hidup, bekerja terus menerus membuat mereka sering tidak peduli pada kesehatan.

“Kalaupun tidak, mereka menuntut diri untuk terus bekerja agar mendapatkan penghasilan yang besar,” kata Psikolog Riliv, Graheta Rara Purwasono.

Ditambahkannya, fenomena hustle culture juga disebabkan oleh faktor eksternal, salah satunya adalah celoteh orang-orang sukses yang bekerja, dan mendorong orang untuk bekerja. Dorongan ini membuat banyak orang semakin gila dalam bekerja.

Jika ini terus berlanjut, budaya hustle culture dapat meningkatkan stres dan menyebabkan kelelahan. Burnout adalah suatu kondisi di mana seseorang merasa lelah dalam waktu yang lama karena stres kerja yang berat.

Baca juga: Jangan Remehkan Burnout! Ini Bahaya Yang Mengancam!

 

Bagaimana mengubah pikiran Kamu dan bekerja dengan benar?

Berikut adalah beberapa cara untuk melarikan diri dari keramaian dan hiruk pikuk.

 

1. Bekerja untuk hidup

Mari kita ubah gagasan bahwa bekerja adalah untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja. Membuat to do list dan tanggung jawab dan selesaikan dalam waktu yang ditentukan tanpa berlebihan. Sisihkan waktu untuk bersantai, waktu untuk diri sendiri, dan waktu untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman.

2. Jangan bandingkan pencapaian dengan orang lain.

Sangatlah baik memiliki panutan atau role model sebagai sumber inspirasi dalam dunia kerja. Penting untuk diingat lagi bahwa garis start berbeda dan perjuangannya berbeda. Doronglah panutan ini, bukan sumber pembanding, sehingga Kamu mensyukuri apa yang Kamu miliki sekarang.

3. Waktu untuk bersantai.

Alokasikan waktu kerja dan waktu istirahat secara seimbang. Rencanakan kegiatan menyenangkan seperti membaca, merawat tanaman, bermain dengan anjing kesayangan Kamu, dan mencoba masakan baru. Matikan notifikasi grup kantor Kamu untuk sementara dan jauhi keinginan untuk membuka email kantor.

4. Sukses dan juga bekerja

Ketekunan tidak selalu menjamin kesuksesan. Kamu perlu memikirkan kembali kesuksesan Kamu sendiri, bukan kesuksesan orang lain seperti selebriti dan influencer. Kamu dapat membuat taraf kesuksesan Kamu sendiri seperti melunasi cicilan rumah Kamu tanpa macet, berolahraga selama 30 menit sehari, mengurangi makanan ringan dan menghabiskan uang untuk tabungan.

5. Kesehatan adalah yang terpenting

Tentu saja, tanpa bentuk olahraga dan tubuh yang sehat, mereka tidak akan bisa bekerja. Penghasilan dari pekerjaan juga harus memenuhi kebutuhan pengobatan dan pemulihan jika Kamu jatuh sakit. Kesehatan Kamu harus diutamakan. Pekerjaan dilakukan sesuai dengan bagian dan kemampuan Kamu. (Din)

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *