Jalurmedia.com – Fenomena masa kini yang sering dikaitkan dengan bahasa dikenal dengan istilah FOMO atau fear of missing out. Istilah FOMO atau fear of missing out pernah populer di kalangan remaja pada era Blackberry sekitar pada tahun 2004-2011.
Istilah ini juga belakangan digunakan kembali pada berbagai fenomena lainnya, terutama dalam isu psikologi dan juga bisnis. Untuk sekarang salah satu penggunaan istilah FOMO terdapat pada aktivitas jual beli (trading) saham dan investasi.
Pengertian FOMO
Menurut jurnal ilmiah Gupta and Sharma yang diterbitkan dalam World Journal of Clinical Cases, FOMO atau fear of missing out didefinisikan sebagai fenomena komunikasi media sosial yang melibatkan dua proses.
Dalam konteks FOMO, erat kaitannya dengan kepentingan hubungan satu lawan satu dan hubungan interpersonal. Dalam kasus yang parah, FOMO dapat menyebabkan gangguan kecemasan. Gangguan tidur dalam pekerjaan sosial dan produktivitas
FOMO adalah gangguan mental yang berkaitan dengan hubungan sosial seseorang. Hal ini bisa muncul dikarenakan penggunaan media sosial yang terlalu berlebihan. Fenomena nyata ini dapat menyebabkan stres berlebihan pada seseorang.
Pada dasarnya, FOMO adalah rasa takut kehilangan perasaan dan kesadaran bahwa orang lain menyukai hal-hal baru dan kita tidak bisa seperti mereka. Kecemburuan ini bermula dari perasaan munafik. Menjadi “tertinggal” oleh orang lain dan diberdayakan melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook.
FOMO bukan hanya emosi. Tapi itu pada dasarnya adalah proses menghadapi orang lain. Dalam banyak hal, FOMO dapat menyebabkan kecemasan yang cukup untuk mencegah seseorang memutuskan sesuatu dengan cara yang realistis atau logis.
Mengenali gejala FOMO
1. Aktivitas di media sosial
Gejala utama FOMO adalah semakin banyak orang yang tertarik dan ingin menggunakan media sosial. Mereka menyukai hubungan media sosial mereka dengan dunia nyata. Indivicu cenderung ingin terlihat sempurna di mata orang lain. Ia berharap mendapat banyak pujian dari para pengikutnya karena mengunggah aktivitas di media sosial.
2. Terobsesi dengan kehidupan orang lain
Orang-orang FOMO lebih tertarik pada kehidupan yang dijalani orang lain. Ia akan melihat seseorang yang memiliki tampilan yang menarik atau yang memiliki followers atau like yang lebih banyak. Menurut sebuah studi Forbes, FOMO berasal dari ketidakpuasan pribadi.
3. Sering memeriksa aktivitas di telepon
Setiap orang dengan penyakit ini memiliki sedikit keinginan untuk melihat ponsel. mengorbankan interaksi realistis mereka selalu mencari pembaruan terbaru.
Studi menunjukkan bahwa FOMO secara negatif mempengaruhi suasana hati dan kepuasan hidup pada mereka yang hidup. Sebuah studi tahun 2019 dalam Journal of Human Behavior and Emerging Technologies menemukan bahwa FOMO dapat meningkatkan hubungan antara perasaan depresi dan kecemasan.
Tips Menghindari FOMO
1. Detoksifikasi media sosial
Untuk dapat menghindari FOMO sangat perlu untuk melakukan detoks atas media sosial yang merupakan pemicu dari perasaan FOMO itu sendiri. Untuk itu kadang media sosial dapat menjadi hal yang negatif untuk dikonsumsi.
2. Mencoba menulis jurnal
Dengan menulis biasanya akan mengalihkan pemikiran kita terhadap suatu hal. Untuk itu perlu rasanya untuk membuat tulisan agar fokus akan suatu hal dan tujuan.
3. Mencari pertemanan yang nyata
Dengan membangun pertemanan yang nyata dengan cara bersosialisasi akan membantu untuk menghilangkan rasa FOMO itu sendiri. Sosial media terkadang bukan suatu hal nyata. Pengguna media sosial hanya ingin menampilkan hal yang berwujud baik saja kepada para penontonnya.