Rupiah ‘Stuck’ di Rp 14.335 Akibat Ketegangan di Eropa Timur
Ekonomi News

Rupiah ‘Stuck’ di Rp 14.335 Akibat Ketegangan di Eropa Timur

Jalurmedia.com – Nilai tukar rupiah pada Senin siang adalah 14.335 rupiah terhadap dolar AS. Posisi rupiah tersebut adalah sama dengan harga pembukaan pasar per Senin 24 Januari 2022.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank spot dollar (JISDOR) rate menetap di Rp14.327 per dollar AS sore ini (Senin, 24/01/2022). Sebelumnya nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp 14.347 per dollar AS pada Jumat 21 Januari 2022.

Akibatnya, sebagian besar mata uang Asia cenderung turut melemah. Yen Jepang turun pada persentase 0,02%. Kemudian dollar Singapura pada angka 0,02%. Sedangkan Won Korea 0,19% dan Rupee India 0,31%. Selain itu Ringgit Malaysia 0,07%  dan Baht pada 0,09%.

Sementara itu di sisi lain dolar Hong Kong stabil. Peso Filipina naik 0,17% dan yuan China naik 0,10%. Kemudian ada mata uang negara maju lain juga terpantau melemah.

Franc Swiss mencapai minus di angka 0,14%, dollar Australia minus 0,32%, Pound Inggris minus 0,08%, Euro Eropa minus 0,21%, Namun dollar Kanada mengalami peningkatan pada persentase 0,06%.

Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pergerakan rupiah didorong oleh dua faktor, masing-masing berasal dari faktor internal dan juga eksternal.

“Investor sedang mempersiapkan keputusan dari Fed terbaru. Kekhawatiran tentang inflasi dan ketegangan politik di Eropa Timur membuat logam kuning menjadi menarik,” kata Ibrahim dalam keterangan resminya, Senin (24/01/2022).

Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan membaik tahun ini, namun masih ada persoalan dan ketidakpastian yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

Adapun tantangan yang dihadapi sektor ekonomi pada 2022 adalah pemulihan ekonomi global yang tidak merata. Covid-19 terus berubah karena tidak semua negara memiliki vaksin yang sama.

Ketegangan Eropa Timur (Ukraina – Rusia)

Ketegangan yang terjadi di Eropa Timur antara Ukraina dan Rusia berawal ketika Rusia mengirimkan pasukannya di perbatasan Ukraina. Hal ini kemudian menimbulkan intensi yang tinggi antara kedua negara tersebut. Beberapa negara terus mengecam hal yang dilakukan pihak Rusia terhadap Ukraina.

Banyak pihak yang menyebutkan bahwa pengiriman pasukan Rusia tersebut adalah dengan maksud dan tujuan akan adanya invasi kembali oleh Rusia terhadap Ukraina. Mengingat bahwa Ukraina memang adalah negara bekas dari Uni Soviet. Namun hingga saat ini Ukraina telah menjadi negara mandiri yang lebih berkiblat kepada Amerika Serikat daripada Rusia.

Beberapa negara telah mengambil langkah ultimatum Rusia untuk mengirim mundur pasukannya. Adapun beberapa negara lain seperti Inggris dan AS telah menarik beberapa diplomat dan perwakilan negara yang bertugas di Ukraina. Hal ini dilakukan merupakan bentuk langkah “tepat” yang dilakukan negara-negara tersebut.

Sekutu NATO juga telah menyatakan akan siaga untuk mengirimkan pasukannya jika ketegangan tersebut akan terus berlangsung dan dalam situasi yang sudah tidak dapat dikontrol. Namun hingga saat ini ketegangan masih terjadi antara kedua negara yang juga kemudian mempengaruhi perekonomian dunia termasuk nilai tukar dari beberapa negara.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *