Jalurmedia.com – Penyebaran varian Omicron semakin merajalela di tengah ketidakpastian masyarakat akan kapan berakhirnya pandemi covid-19. Jika sebelumnya pada Oktober lalu telah memberikan harapan kepada masyarakat dunia. Keoptimisan masyarakat akan berakhirnya pandemi covid-19 pada awal 2022 mendatang terlihat dari penurunan kasus covid-19 secara global sejak September lalu. Sekitar 70% masyarakat dunia juga telah menerima vaksinasi covid-19. Lantas benarkah vaksin booster mampu menjadi solusi penyebaran varian Omicron?
Namun keadaan berbanding terbalik menjelang akhir tahun 2021 yakni pada November. Munculnya mutasi baru varian Omicron membuat ketakutan kembali muncul dikalangan masyarakat. Pemerintah setiap negara berusaha bekerja dengan keras untuk menekan penyebaran covid-19.
Seperti yang dikutip dari CNN Indonesia, (18/12), hingga saat ini pemberian vaksin pertama dan kedua tidak cukup untuk menangkal terinfeksinya varian Omicron pada tubuh manusia. WHO sebagai organisasi Kesehatan dunia menyarankan agar masyarakat dunia untuk menambahkan booster bagi setiap orang yang telah menerima vaksin dosis pertama dan kedua.
Solusi yang diberikan mengingat begitu cepatnya penyebaran dari Omicron. WHO pun mencatat mutasi varian Omicron sebagai varian of concern dimana memiliki tingkat penularan yang cepat jika dibandingkan dengan varian corona sebelumnya.
Dikutip dari BBC, peneliti Inggris menyarankan agar masyarakat lekas untuk menerima booster. Diklaim bahwa dengan di suntikannya booster kepada tubuh manusia maka memiliki kemungkinan 80% untuk menangkal penularan varian Omicron. Tubuh memerlukan antibodi untuk menangkal masuknya virus ke dalam tubuh. Salah satunya adalah dengan melakukan vaksinasi untuk membentuk antibodi dan menghentikan virus masuk ke dalam tubuh manusia.
WHO Menyarankan Booster Untuk Penerima Vaksin Sinovac
Sebagai salah satu negara dengan penerima vaksinasi Sinovac tertinggi perlu adanya pertimbangan kembali untuk pemberian booster kepada masyarakat Indonesia terutama penerima vaksin Sinovac. Hal ini berlaku kepada masyarakat yang telah menerima vaksin Sinovac dosis pertama maupun kedua.
WHO telah merekomendasikan kepada setiap orang yang telah menerima inactivated vaccine pertama dan kedua dari covid-19 untuk segera menerima booster. Contoh dari inactivated vaccine adalah vaksin Sinovac.
Sementara ini pemberian vaksinasi pertama dan kedua di Indonesia belum terpenuhi. Masih ada dikalangan masyarakat yang enggan untuk menerima vaksinansi. Untuk itu penting untuk menerima vaksinasi dosis pertama dan kedua sebelum menerima booster.
Sejauh ini Menteri Kesehatan menyebutkan bahwa pemberian vaksinasi kepada masyarakat Indonesia baru mencapai angka 49% dari target yang telah dibuat. Sejauh ini pun booster baru diberikan kepada tenaga medis yang bertugas dilapangan dan langsung berhadapan dengan pasien tertular.
Hingga saat ini tercatat bahwa Indonesia telah menerima kasus pertama varian Omicron. Pada Sabtu (18/12) telah bertambah kembali pasien positif Omicron di Indonesia jika sebelumnya indikasi kasus positif pertama terdiri dari tiga pasien.
Perusahaan farmasi Pfizer dan Modern telah lebih dulu mengumumkan terkait dengan booster yang disebut efektif dalam menangkal penyebaran varian Omicron.