OPINI, Jalurmedia.com – Hampir dua tahun lamanya pandemi covid-19 terus melanda dunia seakan tak henti. Berbagai upaya dan cara telah dilakukan atas azas pencegahan penyebaran dari virus ini. Seakan tak kenal tempat dan waktu namun virus yang bermula dari penyebaran di Wuhan China ini pada 2019 silam terus bermutasi. Pada awalnya yang hanya terdiri dari satu varian corona saja namun hingga saat ini terus bermutasi menjadi beberapa varian. Hal ini yang membuat Organisasi kesehatan Dunia (WHO) melakukan banyak penelitian guna mencari jalan keluar dari pandemi ini.
Sebut saja varian yang tercatat sejauh ini seperti Alpha, Beta, Gamma, hingga Delta. Serta yang terbaru disebut tengah kembali melanda dunia pada akhir 2021 adalah mutasi terbaru dari varian Omicron.
Varian ini pertama kali terdeteksi pada satu pasien di Afrika Selatan. Sejauh ini asumsi menyebutkan bahwa penyebab dari mutasi varian Omicron adalah kekebalan tubuh yang rendah. Terutama terhadap virus sehingga virus tersebut gampang untuk bermutasi pada tubuh manusia.
Sejak 2020 lalu virus corona yang terus menyebar ke seluruh bagian dunia. Hal ini kemudian ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO sebagai global pandemi. Ini berarti penyebaran virus corona bukan menjadi masalah satu atau dua negara lagi.
Lebih dari itu semua, virus corona telah menjadi masalah dunia. Ini menuntut seluruh negara harus berjuang bersama guna melawan penyebaran covid-19.
Sejarah Terbentuknya WHO
World Health Organization atau yang disingkat dengan WHO merupakan salah satu organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Awal mulanya konsentrasi dari WHO sendiri bermula dari wabah yang terjadi pada tahun 1800-an di Eropa. Wabah penyakit ini tergolong sebagai wabah hebat karena terjadi di dataran Eropa dengan penyebaran yang cukup hebat. Wabah penyakit ini dikenal dengan wabah Korela.
Respon dunia atas penyebaran wabah penyakit menular di Eropa yang mematikan ribuan orang akhirnya diadakan Konverensi Sanitasi Internasional. Konverensi ini dilaksanakan di Paris pada tahun 1851.
Dalam konverensi ini tak ditemukan penyebab pasti penyebaran wabah Kolera yang melanda Eropa. Akan tetapi pada waktu itu, para delegasi membahas masalah penyakit menular dan pencegahannya.
Kemudian dalam Konverensi Sanitasi Internasional di Eropa yang masih tergolong hanya sebatas pertemuan kemudian di Amerika. Para pakar sepakat untuk melanjutkan dari sebuah konverensi untuk membentuk sebuah organisasi internasional dibidang Kesehatan.
Dari Sanalah terbentuk sebuah organisasi yang dinamakan Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO) pada tahun 1902. Organisasi ini dikenal sebagai organisasi yang bergerak dibidang Kesehatan sebagai organisasi tertua.
Setelah terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa di Jenewa pada tahun 1919. Dunia kembali berinisiatif untuk membentuk organisasi Kesehatan internasional dalam penanganan Kesehatan masyarakat dunia.
Meskipun organisasi internasional telah terbentuk dan dibawah naungan LBB, namun Konvensi Sanitasi Internasional masih menjalankan programnya hingga tahun 1938. Ini menjelang perang dunia ke II.
Setelah berakhirnya perang dunia II pada 1945 Konferensi PBB di San Francisco menghadirkan hasil dengan membentuk organisasi internasional baru yang bergerak dibidang Kesehatan. Hingga organisasi ini dikenal dengan World Health Organization yang mendapat persetujuan dari Konferensi Kesehatan Internasional yang diadakan di New York.
Peresmian dari WHO adalah pada 22 Juli 1946 dan ditandatangani oleh 61 negara. Sama dengan PBB yang berpusat dan berkantor di Jenewa, Swiss maka WHO maka dapat dikatakan bahwa WHO sebagai organisasi pertama yang menambahkan kata “world” sebagai nama organisasinya.
Tujuan utama dari terbentuknya WHO adalah agar setiap masyarakat global mencapai tingkat Kesehatan tertinggi. Tugas utama dari WHO sendiri adalah membasmi wabah penyakit terutama penyakit menular seperti yang dihadapi dunia saat ini. Untuk itu WHO memiliki begitu banyak pakar Kesehatan dan ilmuwan hebat demi pencegahan varian penyakit dan virus baru yang ada di dunia.
WHO dan Pandemi
Sejauh ini dalam penanganan penyebaran covid-19 WHO sudah melakukan berbagai upaya untuk mendukung pemutusan penyebaran virus ini. Berbagai usaha yang diterapkan seperti pendistribusian vaksin kepada seluruh negara hingga memastikan untuk negara menerima vaksin agar dapat lekas untuk didistribusikan kepada seluruh lapisan masyarakat.
Ilmuwan-ilmuwan WHO juga terus melakukan berbagai upaya seperti dengan terus melakukan penelitian kepada virus yang saat ini masih belum hilang dari muka bumi dan dapat dikatakan bahwa tak akan hilang.
Masyarakat dunia harus siap menghadapi kenyataan untuk hidup berdampingan dengan virus yang ada saat ini. Yang dapat dilakukan adalah dengan menerima vaksinasi termasuk terhadap ditemukannya varian terbaru Omicron.
Sebagai Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa untuk saat ini masyarakat global tidak perlu panik atas penyebaran varian Omicron. Memang varian Omicron hingga saat ini terus menyebar ke beberapa negara seperti Inggris, Jerman, Belgia, Belanda, Israel, Australia juga Hong Kong.
WHO menetapkan bahwa varian ini sebagai varian of concern yang memiliki arti bahwa penularannya sangat cepat dan perlu kewaspadaan namun tak perlu panik.
Hingga saat ini WHO terus bekerja keras untuk menemukan hasil penelitian dari varian Omicron ini. Laporan menunjukkan Omicron telah ditemukan di hampir 40 negara. Salah satu ilmuwan WHO menyatakan bahwa memang saat ini situasi yang dihadapi dunia berbeda dengan tahun lalu. Untuk itu diperlukan penanganan yang cepat dan tepat dalam situasi dan kondisi saat ini.