Jalrmedia.com – Sebagai akibat dari COVID-19, sebanyak lima juta orang dinyatakan telah meninggal di seluruh dunia. Angka ini kian bertambah setiap harinya sejak penyakit tersebut pertama kali muncul dan ditemukan di provinsi Wuhan, China di tahun 2019 lalu. Dikutip dari kantor berita AFP, jumlah kematian akibat Corona mencapai angka 5 juta korban. Keganasan pandemi COVID-19 tersebut tersebar luas di berbagai negara di dunia.
Fluktuasi Jumlah Kematian Akibat Corona Di Dunia
Hingga Senin (1/11) waktu setempat, jumlah kematian akibat virus Corona tersebut terjadi hampir empat bulan setelah empat juta kematian secara resmi tercatat. Angka tersebut dibukukan ketika tingkat kematian perlahan melambat.
Hal ini dipercaya berkat adanya peluncuran vaksinasi yang dilakukan secara global. Dimana miliaran penduduk di dunia secara serentak menerima vaksin Covid-19 guna mencegah penularan yang lebih luas lagi.
Sementara jumlah kematian harian di seluruh dunia kini berhasil melandai bahkan turun di bawah 8.000. Ini merupakan pertama kalinya curva mengalami penurunan dalam hampir satu tahun terkahir.
Namun pada awal Oktober, masih terdapat beberapa titik hitam secara global yang menunjukkan adanya negara atau wilayah yang masih memiliki tingkat kematian yang tinggi, seperti dikutip dari kantor berita AFP, Selasa (2/11/2021).
“Jumlah total kasus dan kematian COVID-19 meningkat untuk pertama kalinya dalam dua bulan terakhir. Hal ini karena peningkatan epidemi yang terjadi di Eropa saat ini ,” ungkap kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus. dalam konferensi pers nya yang dilaksanakan pekan lalu.
Angka Kematian Akibat Corona Di Eropa Meningkat
Rupanya di 52 negara dan wilayah yang membentuk kawasan Eropa, jumlah kematian yang meningkat terutama berasal dari wilayah Eropa Timur. Rusia menjadi salah satu negara dengan tingkat ketidakpercayaan atau keragu-raguan vaksin yang sangat kuat .
Banyak diantara masyarakatnya bahkan menolak dengan keras untuk di vaksin. Kini, Rusia telah melihat dengan jelas bagaimana jumlah infeksi dan kematian mencapai rekor baru. Otoritas kesehatan Rusia menyebut bahwa kematian harian rata-rata yang terjadi di negaranya bahkan lebih dari 1.000 kematian per hari sejak 20 Oktober.
Menurut pihak berwenang Rusia sendiri, jumlah yang disebutkan sebelumnya bahkan jauh di bawah angka yang sebenarnya terjadi di lapangan. Korban harian yang tercatat menunjukkan total sebanyak 239.693 kematian. Angka ini setidaknya diperoleh hingga pada 1 November 2021 kemarin.
Di lain sisi badan statistik nasional Rusia, Rosstat, yang memiliki pandangan dan data terkait kematian COVID-19 yang lebih luas. Mereka mengatakan pada akhir September lalu bahwa jumlah kematian akibat Covid-19 mencapai hampir 450.000 kasus.
Setelah Rusia, Ukraina dan Rumania adalah dua negara di Eropa yan g memiliki jumlah kematian harian yang sangat tinggi. Rata-rata 546 dan 442 kematian tercatat setiap harinya dari masing-masing negara tersebut. Data ini diperoleh dari pantauan jumlah kasus selama tujuh hari terakhir.
Amerika Catat Penurunan Jumlah Kematian Akibat Corona
Sementaa itu, Amerika Latin dan Karibia adalah wilayah yang paling mematikan di dunia. Tercatat sebanyak 1.521.193 kematian telah terjadi sejak awal pandemi ini dimulai. Akan tetapi, jumlah kematian harian saat ini berkisar 840 kasus. Walau masih ratusan, nyatanya jumlah ini kian menurun sejak mei lalu dibandingkan tahun sebelumnya.
Di Amerika Serikat sendiri, rata-rata kasus hariannya lebih dari 1.400 per hari. Data ini diperoleh setelah otoritas kesehatan setempat melakukan pengamatan selama tujuh hari terakhir. Beruntungnya angka tersebut turun 15 persen dari minggu sebelumnya. Dengan total 746.747 kematian sejauh ini, negara ini menanggung dampak pandemi terberat di dunia.
WHO memperkirakan terkait jumlah korban meninggal sebenarnya dari pandemi ini. Ada kemugkinan bahwa jumlahnya bisa dua hingga tiga kali lebih tinggi dari catatan resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah di masing-masing negara. Hal ini disebabkan karena adany6a kelebihan kematian baik yang secara langsung dan tidak langsung terkait dengan COVID-19.
Disamping itu, menurut majalah The Economist, ada sekitar 17 juta orang yang disimpulkan telah meninggal dan menjadi korban dari infeksi virus Corona. “Angka ini tampaknya lebih kredibel dan nyata bagi saya,” ungkap ahli epidemiologi Pasteur Institute, Profesor Arnaud Fontanet seperti yang dikutip dari kantor berita AFP.
Meski demikian, jumlah kematian tersebut masih lebih rendah daripada pandemi bersejarah lainnya. Contoh saja seperti flu Spanyol yang kala itu menewaskan 50-100 juta orang pada tahun 1918-1919.