Jalurmedia.com – Gagasan mengonsumsi serangga atau mengunyah jangkrik mungkin membuat beberapa orang sedikit mual. Tapi tunggu sampai kamu mendengar ide ini! Dikutip dari American Heart Association News, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, sekitar 2 miliar orang di seluruh dunia sudah mengkonsumsi serangga untuk melengkapi makanan mereka. Hal ini dikenal sebagai entomophagy.
“Mengonsumsi serangga yang tepat dapat membantu mengatasi masalah keamanan pangan yang mendesak. Mengingat populasi dunia yang diperkirakan akan tumbuh menjadi 9,8 miliar pada tahun 2050”, ungkap PBB. Serangga dapat memberikan nutrisi dengan kandungan protein, lemak, dan mineral yang tinggi.
Tapi hal ini bukan hanya mengenai kelangkaan pangan. Serangga adalah makanan pokok di beberapa bagian Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Serangga juga dikonsumsi karena rasanya yang unik. Misalnya, ulat mopane dianggap sebagai makanan lezat di Afrika bagian selatan. Sedangkan telur semut rangrang adalah makanan yang enak di beberapa bagian Asia Tenggara.
Mengonsumsi Serangga semakin Massive
Menurut Sujaya Rao, profesor entomologi di Universitas Minnesota, dalam budaya Barat praktik memakan serangga telah mulai meningkat selama dekade terakhir ini. Terutama sejak rilis laporan penting Organisasi Pangan dan Pertanian tahun 2013 yang menarik perhatian audiens baru.
Laporan tersebut sebagian menghubungkan konsumsi serangga dengan masalah sosial yang lebih besar seperti keberlanjutan dan keamanan pangan, serta dampaknya terhadap lingkungan.
Salah satu dari banyak cara untuk mengatasi keamanan pangan dan pakan adalah melalui peternakan serangga. “Serangga ada di mana-mana dan mereka bereproduksi dengan cepat. Mereka juga memiliki tingkat pertumbuhan dan konversi pakan yang tinggi. Serta jejak lingkungan yang rendah selama seluruh siklus hidup mereka,” kata FAO dalam panduan informasi berdasarkan laporan mereka.
Secara global, lebih dari 1.900 spesies serangga dianggap dapat dimakan. Contohnya kumbang yang paling umum, diikuti oleh ulat, lebah, tawon, semut, belalang, belalang, dan jangkrik. Hidangan yang menampilkan serangga menjadi semakin populer karena muncul di tempat makan trendi di seluruh negeri.
Restoran yang terinspirasi oleh koki selebriti Jose Andres di Washington, D.C., menyajikan taco dengan chapulines, atau belalang. Item terlaris di rumah Seattle Mariners Major League Baseball adalah satu cup belalang panggang yang disajikan dengan bumbu garam, cabai dan limau yang gurih.
Sebuah restoran East Village yang populer di New York City menawarkan hidangan yang mengandung serangga. Misalnya guacamole semut hitam yang dilengkapi dengan hiasan garam dan semut giling.
Serangga Memberikan Nutrisi Yang Menyehatkan Jantung
Sebuah studi Januari 2021 di Critical Review in Food Science Nutrition mengatakan bahwa serangga yang dapat dimakan mungkin memiliki banyak manfaat. Territama “manfaat kesehatan superior yang cukup tinggi”.
Hal ini karena tingginya kadar vitamin B12, zat besi, seng, serat, asam amino esensial, asam lemak omega-3, omega-6, dan antioksidan. Rao menunjuk jangkrik sebagai sumber protein melalui otot kaki belakangnya yang digunakan untuk melompat.
Jangkrik dan beberapa serangga lainnya dapat dibesarkan secara vertikal. Ini berarti mereka dapat dibesarkan berlapis-lapis di fasilitas yang dikendalikan iklim. Hal ini yang kemudian memberikan kemungkinan untuk beroperasi sepanjang tahun dan meninggalkan lebih sedikit jejak lingkungan daripada peternakan.
Salah satu perusahaan di London, Ontario, sedang membangun apa yang disebutnya sebagai fasilitas canggih. Fasilitas ini yang nantinya akan dijadikan sebagai fasilitas peternakan kriket terbesar di dunia.
Pengebangan Inovasi Makanan Berbahan Dasar Serangga
Beberapa produk di pasar konsumen menjual binatang kecil, seperti bubuk kriket dan protein bar kriket. “Karena stigma yang sudah lama dipegang, memakan serangga tidak umum di dunia Barat,” kata Rao.
Ia juga menambahkan, “Menggunakan serangga sebagai bahan adalah salah satu strategi, seperti tepung jangkrik dalam kue. Hal tersebut masih dapat diterima secara positif. Jadi lebih banyak orang yang mau mencobanya.”
Rao juga merupakan seorang penulis studi tahun 2020 di Journal of Insect Science dimana mahasiswa mengambil bagian dalam survei uji rasa brownies bubuk jangkrik untuk mengevaluasi sikap yang terkait dengan serangga sebagai makanan.
Hasil studi tersebut menemukan bahwa siswa memiliki preferensi rasa untuk brownies tepung jangkrik daripada brownies tepung terigu, tetapi tidak dapat secara konsisten membedakan antara jenis brownies tersebut.
Mereka memberi peringkat manfaat lingkungan dan nutrisi yang terkait dengan produk makanan serangga di atas faktor rasa saja dan mengindikasikan bahwa mereka dapat membeli produk serangga di masa depan.
“Semakin kamu bisa membuatnya terlihat mirip dengan apa yang biasa kamu lakukan di rumah atau apa yang dibuat nenekmu, maka semakin baik.” kata Rao.