Daftar Negara dengan Waktu Puasa Terlama dan Tercepat di Dunia
Lifestyle News

Daftar Negara dengan Waktu Puasa Terlama dan Tercepat di Dunia

Jalurmedia.com – Saat ini, semua Muslim di seluruh dunia berpuasa selama Ramadhan. Tentu saja, lamanya puasa yang harus dijalani berbeda-beda di setiap negara. Ada negara dengan periode puasa yang lebih lama. Ada juga negara dengan waktu puasa yang lebih cepat.

Pada dasarnya, Islam mewajibkan umat Islam memulai puasa di bulan Ramadhan, dimulai dengan Subuh, fajar, dan berlanjut hingga matahari terbenam, yang bertepatan dengan waktu Maghrib.

Karena panjang hari bervariasi menurut lokasi, tahun ini umat Islam dapat berpuasa dari 11 hingga 20 jam sehari. Waktu ini tergantung di bagian dunia mana mereka tinggal. Jadi di negara mana tahun ini Ramadhan terpanjang dan tercepat?

Waktu Puasa Terpendek

Johannesburg, Afrika Selatan dilaporkan menjadi kota dengan puasa terpendek selama Ramadhan tahun ini. Tak tanggung-tanggung, lamanya waktu puasa di negara ini hanya 11 jam di awal bulan. Kota-kota lain dengan puasa pendek antara 11 hingga 12 jam termasuk Buenos Aires, Cape Town dan Christchurch.

Waktu Puasa Terpanjang

Sebaliknya, di Reykjavik, Islandia, umat Islam bisa berpuasa paling lama. Dengan waktu antara matahari terbit dan terbenam diperkirakan 16 jam 50 menit. Kota-kota lain di mana hari-hari puasa berlangsung antara 15 dan 16 jam adalah Lisbon, Paris, Warsawa, dan London.

Tradisi Ramadan Unik di Dunia, dari Lebanon sampai Mesir

Ramadhan tidak hanya identik dengan puasa, tetapi juga merupakan bulan suci yang penuh dengan praktik budaya. Muslim di seluruh dunia merayakan momen ini dengan perayaan meriah yang diturunkan dari generasi ke generasi. Dari ritual membunyikan meriam di Lebanon hingga menyalakan lentera di Mesir, berikut adalah tradisi unik Ramadan seperti dikutip dari The Culture Trip.

1. Nyanyian untuk meminta permen di Uni Emirat Arab

Haq Al-Laila secara tradisional dirayakan pada tanggal 15 Sya’ban, sebulan sebelum Ramadhan. Tersebar luas di negara Teluk, tradisi ini sering dibandingkan dengan kebiasaan Barat dalam hal trick-or-treat.

Pada tanggal 15 Sya’ban, anak-anak dari Uni Emirat Arab berparade melalui lingkungan mereka dengan pakaian berwarna-warni. Mereka juga mengumpulkan permen dan kacang-kacangan di tas belanjaan yang dikenal sebagai kharyta sambil menyanyikan lagu-lagu tradisional lokal. Himne Atuna Allah Utikum, House of Mecca Udicum, yang diterjemahkan dari bahasa Arab “Berikan kepada kami dan semoga Tuhan membalas Anda dan membantu Anda mengunjungi Rumah Tuhan di Mekah” secara berulang-ulang.

Di Uni Emirat Arab, perayaan ini merupakan bagian integral dari identitas nasional Emirat. Dalam masyarakat modern saat ini, tradisi Haq Al Laila menekankan pentingnya ikatan sosial dan nilai-nilai kekeluargaan yang kuat.

2. Menembakkan meriam di Lebanon

Di banyak negara Timur Tengah, meriam ditembakkan setiap hari selama Ramadhan untuk menandai waktu berbuka puasa. Dikenal sebagai  midfa al iftar, tradisi ini dikatakan telah dimulai di Mesir lebih dari 200 tahun yang lalu. Yaitu ketika negara itu diperintah oleh penguasa Ottoman Kosh Qadam.

Saat menguji meriam baru saat matahari terbenam, meriam itu secara tidak sengaja ditembakkan dengan kaki, dan suaranya bergema di seluruh Kairo. Hal ini membuat banyak warga sipil curiga bahwa ini adalah cara baru untuk menandakan akhir puasa. Banyak yang berterima kasih atas inovasinya, dan putrinya Hajja Fatima mendesaknya untuk menjadikan tradisi ini sebagai tradisi yang berkelanjutan.

Praktik ini menyebar ke banyak negara Timur Tengah, termasuk Lebanon. Di mana Ottoman menggunakan meriam untuk menghidupkan kembali buka puasa di seluruh negeri.

Dikhawatirkan tradisi unik ini hilang setelah invasi 1983, yang berujung pada penyitaan banyak meriam sebagai senjata. Namun tradisi ini dihidupkan kembali oleh tentara Lebanon setelah perang dan berlanjut hingga hari ini.

3. Menyalakan lentera di Mesir

Setiap tahun, orang Mesir menyambut Ramadhan dengan lentera warna-warni. Lentera ini melambangkan persatuan dan kegembiraan sepanjang bulan suci. Meskipun tradisi ini lebih bersifat budaya daripada agama, menyalakan lentera terkait erat dengan bulan suci Ramadhan, yang memiliki makna spiritual.

Kelahiran tradisi ini diyakini telah dimulai pada masa dinasti Fatimiyah, ketika orang Mesir memberi hormat kepada khalifah al-Muizz li-Din Allah ketika dia tiba di Kairo pada hari pertama Ramadhan. Untuk memberikan penampilan yang cerah kepada imam itu, pejabat militer memerintahkan penduduk setempat untuk membawa lilin dalam bingkai kayu ke jalan-jalan yang gelap untuk melindungi mereka dari ledakan. Seiring waktu, struktur kayu ini muncul di lentera berukir dan sekarang dipajang di seluruh negeri untuk menyebarkan cahaya selama bulan suci.

Saat ini, lentera sering dimasukkan ke dalam tradisi lokal lainnya. Selama bulan suci, misalnya, anak-anak berparade dengan lampion mereka, bernyanyi dengan riang dan meminta hadiah dan permen.

4. Bernyanyi lagu tradisional di Albania

Selama berabad-abad, anggota komunitas Muslim Roma, yang berasal dari Kekaisaran Ottoman, mengumumkan awal dan akhir puasa dengan lagu-lagu tradisional. Setiap hari selama bulan Ramadhan, mereka akan berbaris mondar-mandir di jalan-jalan memainkan lodra, sebuah gendang silinder berujung ganda yang dilapisi kulit domba atau kambing. Keluarga Muslim akan sering mengundang mereka di dalam rumah mereka untuk bermain balada tradisional untuk merayakan dimulainya buka puasa.

5. Padusan di Indonesia

Umat Islam di Indonesia melakukan ritual yang berbeda untuk ‘membersihkan’ diri pada hari sebelum Ramadhan. Beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki tradisi penyucian yang disebut padusan (yang berarti mandi dalam dialek Jawa), di mana umat Islam Jawa menceburkan diri ke mata air, merendam tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Padusan merupakan bukti perpaduan agama dan budaya di Indonesia. Mata air memiliki makna spiritual yang dalam dalam budaya Jawa dan merupakan bagian integral dari penyucian untuk bulan suci. Praktik ini diyakini telah disebarkan oleh Wali Songo yang menyebarkan ajaran Islam ke seluruh Jawa.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *