Jalurmedia.com – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan Surat Izin Penggunaan Darurat (EUA) untuk empat merek vaksin booster Covid-19 di Indonesia. Keempat merek vaksin tersebut adalah CoronaVac/Sinovac, Pfizer, AstraZeneca dan Moderna.
Terkait dengan penerimaan vaksin booster ini beberapa orang tentunya mengalami efek samping yang berbeda-beda. Namun tak hanya booster, vaksin dosis pertama dan kedua pun memiliki efek samping yang tidak dapat diterima oleh tubuh. Disatu sisi efek samping tersebut menjadi wajar setelah orang menerima vaksinasi. Karena tubuh pasti akan bereaksi ketika suatu zat baru dimasukan ke dalam tubuh terlebih yang berhubungan dengan zat kimia.
Seorang ahli pulmonologi Erlang Samoedro menyatakan bahwa efek samping dari vaksin booster mirip dengan vaksin primer (vaksin Covid-19 dosis 1 dan 2).
CoronaVac/Sinovac
Vaksin CoronaVac/Sinovac disetujui untuk penggunaan darurat pada Januari 2021 lalu. Terkait efek samping, BPOM menyatakan efek samping Sinovac ringan hingga sedang. Efek samping ini juga disebut efek samping pasca-vaksinasi (KIPI).
Adapun Beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan dari Coronavac/Sinovac seperti nyeri lokal (bekas suntikan), nyeri otot, bengkak, dan sakit kepala (0,1%), juga dapat menimbulkan diare (1-1,5%).
Pfizer
Israel telah dulu menggunakan vaksin Pfizer sebagai vaksin booster dari Juli hingga Agustus 2021 lalu. Dalam survei terhadap sekitar 4.500 orang yang divaksinasi, 88% responden merasa mereka sama baiknya atau lebih baik dari suntikan kedua.
Menurut CNA, 31% dari mereka yang disurvei melaporkan bahwa efek samping yang paling umum adalah rasa sakit di tempat suntikan. Setelah itu, sekitar 0,4% mengalami dispnea (kesulitan untuk bernapas). Selain itu sebanyak 1% orang berkonsultasi ke dokter terkait dengan efek samping yang diterima setelah menerima booster Pfizer.
Untuk di Indonesia sendiri efek samping yang dirasakan bagi penerima booster Pfizeradalah mengalami rasa pusing, demam serta flu. Namun tak perlu dikhawatirkan karena efek samping ini biasanya berumur pendek dan hilang tanpa harus melakukan konsultasi dokter.
AstraZeneca
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa efek samping dari vaksin booster AstraZeneca ringan hingga sedang, dan efek samping yang serius dapat pulih dalam beberapa hari setelah vaksinasi.
Dapat dikatakan bahwa dosis kedua lebih ringan atau lebih jarang daripada dosis pertama.
Efek samping yang sering dilaporkan termasuk nyeri tempat suntikan, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, demam, menggigil, mual, dan nyeri otot (nyeri pada kaki dan sendi).
Moderna
Vaksin Moderna adalah mRNA atau vaksin yang dibuat dari spike protein yang ada pada permukaan virus corona.
Menurut Ines Atmosukarto seorang ahli molekuler dan ahli biologi seluler di University of Adelaide di Australia, untuk efek samping booster Moderna tidak jauh berbeda dengan vaksin merek lain.
Efek samping yang ditimbulkan seperti rasa tidak enak, demam, nyeri, kemudian demam yang berhubungan dengan stimulasi sistem kekebalan tubuh. Adapun untuk efek samping reaksi alergi bersifat sementara, biasanya hilang setelah 24-48 jam. Namun ada laporan untuk inflamasi jantung kepada pria muda atas efek samping booster Moderna, namun hal ini jarang terjadi.
Sementara itu, FDA melaporkan efek samping vaksin Moderna dalam uji klinis, termasuk rasa sakit di tempat suntikan, pembengkakan, kemerahan dan malaise berikutnya, sakit kepala, nyeri otot dan pilek, mual, muntah, demam, dan juga kemerahan.
Hingga saat ini untuk vaksin Moderna yang telah digunakan masyarakat memiliki efek samping yang umum. Efek samping tersebut berupa reaksi alergi (kesulitan bernapas, bengkak pada wajah dan tenggorokan, detak jantung cepat, ruam merah, pening dan lemah), myocarditis, pericarditis (inflamasi pada lapisan luar jantung).