Jalurmedia.com – Di Indonesia, membicarakan seks masih tabu dan kadang dianggap agak jorok. Misalnya, membicarakan tradisi seks sebelum menikah, atau membicarakan fantasi seksual. Tapi di belahan dunia lain, semuanya berbeda. Dari unik hingga ngeri, banyak suku dan kelompok masyarakat yang mengizinkan atau sengaja melakukan praktik ini.
Tak hanya itu, ada tradisi seks lain yang biasanya kita anggap aneh, namun sudah menjadi budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi. Tertarik dengan tradisi seks unik suku-suku di dunia? Jalurmedia merangkum hal berikut dari berbagai sumber:
Tradisi Seks di Berbagai Negara
1. Mandi Massal di Bawah Air Terjun Saut d’Eau.
Haiti, sebuah negara Karibia kecil, dikenal dengan tradisi voodoo yang kuat dan agama Katolik. Ada tradisi seksual yang mengakar kuat dalam kepercayaan mereka. Mereka menyebut tradisi ini sebagai The Saut D’eau Ritual.
Setiap bulan Juli, pasangan itu telanjang dan berenang bersama di Air Terjun Saut d’Eau. Tak hanya itu, mereka mandi di sana dan mencampurkan darah hewan kurban dengan kepala sapi dan kambing.
Ritual ini dianggap sakral karena mereka percaya bahwa Perawan Maria tinggal di sini. Mereka juga percaya bahwa tradisi ini dapat menyucikan, menyembuhkan, dan menghidupi keluarga.
2. Saudara Berbagi Istri
Nepal memiliki tradisi bahwa poliandri adalah hal yang wajar, terutama di wilayah Himalaya. Alasannya juga sangat unik, karena lahannya terbatas. Jadi sangat sulit untuk memiliki keluarga di sana.
Pasalnya, keluarga dengan banyak anak laki-laki menghadapi pembagian tanah, jadi solusinya adalah mencari satu istri untuk semua anak laki-laki. Dengan cara ini, mereka dapat hidup bersama sebagai satu keluarga dan mengurus keluarga bersama. Alhasil anak yang dihasilkan tidak banyak karena lahir dari perempuan yang sama. Namun kini praktik tersebut mulai ditinggalkan.
3. Tradisi Laki-laki Mencuri Istri Satu Sama Lain.
Suku Wodaabe di Niger, Afrika Barat, memiliki tradisi unik yaitu pria saling mencuri istri. Tradisi ini berlangsung di Festival Gerewol. Di festival ini, pria mengenakan kostum dan tarian yang indah. Mereka melukis wajah mereka dan memakai kalung, topi, dan berbagai aksesoris suku.
Tapi tujuannya bukan untuk memilih siapa yang paling tampan. Tapi untuk membuat wanita terkesan agar pria bisa “mencuri” istri mereka dari suaminya. Jika pasangan baru bisa luput dari perhatian (terutama dari suami pada saat itu yang mungkin tidak ingin berpisah dengan istrinya), dia akan diakui di masyarakat.
Tradisi ini bermula dari kenyataan bahwa pernikahan pertama suku Wodaabe harus dilakukan oleh orang tua ketika mereka masih bayi dan antara sepupu dari silsilah yang sama. Oleh karena itu, jika pencurian berhasil, pernikahan semacam itu disebut pernikahan cinta.
4. Tradisi Minum Sperma
Di suku primitive Sambia, Papua Nugini, semua anak laki-laki pada usia 7 tahun diambil dari semua wanita, termasuk ibunya, lalu dia akan tinggal bersama pria lain selama 10 tahun.
Selama ini berlangsung, kulit mereka ditusuk untuk menghilangkan kotoran yang dimiliki wanita. Mereka juga sering mengalami mimisan dan muntah karena makan tebu dalam jumlah besar. Hal ini karena masyarakat menganggap perempuan sebagai makhluk yang “kotor”.
Tak hanya itu, mereka juga harus menelan sperma orang tuanya, yang dipercaya dapat mendukung pertumbuhan dan kekuatannya. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk berkembang pesat dan menjadi “pria sejati”.
5. Adanya Seks Bebas Didalam “Pondok Cinta”.
Kemudian, tradisi seksual unik suku-suku dunia dilakukan oleh suku Kreung Kamboja. Orang tua dari suku ini membangun gubuk “cinta” untuk anak perempuan mereka yang berusia 9 hingga 13 tahun. Pondok dipisahkan dari rumah orang tua sehingga anak perempuan bisa bebas bereksperimen dengan anak laki-laki.
Masyarakat bersikeras bahwa seks bebas dan seks pranikah dapat diterima. Perempuan diperbolehkan berhubungan seks dengan laki-laki lain. Dan berdasarkan hubungan yang berbeda, wanita dapat memilih siapa yang akan menjadi pasangannya.
Namun, tradisi ini tidak bertahan sampai hari ini karena ritual “pondok cinta” berakhir setelah beberapa gadis remaja diperlakukan dengan kasar oleh anak laki-laki pada tahun 2003.