Ilmuwan Singapura Mengubah Limbah Durian Menjadi Perban. Bagaimana Prosesnya?
News

Ilmuan Singapura Mengubah Limbah Durian Menjadi Perban. Bagaimana Prosesnya?

Jalurmedia.com – Durian dilarang di semua transportasi umum di Singapura karena baunya yang menyengat. Oleh beberapa orang, buah ini disamakan dengan kotoran atau kaus kaki yang memiliki aroma yang sangat bau. Beberapa hotel di Asia Tenggara bahkan melarang tamunya membawa buah ke dalam kamar. Namun hal menarik justru muncul dari para ilmuan Singapura. Mereka mengubah limbah durian untuk dibuat menjadi perban antibakteri. Perban ini diklaim dapat menyembuhkan luka pasca operasi.

Mengubah Limbah Durian Yang Digunakan Kembali

Teknologi yang dikembangkan oleh tim peneliti di Nanyang Technological University (NTU) Singapura menggunakan proses mudah. Mereka mengekstrak selulosa dari kulit buah yang tebal dan hijau. Selulosa dicampur dengan gliserol untuk membuat gel seperti silikon yang lembut. Silikon tersebut dapat dipotong untuk menghasilkan plester.

“Selama orang Singapura terus makan durian, kita bisa terus membuat perban ini.” ungkap William Chen, Peneliti di Universitas Teknologi Nanyang.

Twitter pun diramaikan dengan banyak pertanyaan yang fokus pada satu hal: bau buah yang menyengat. Beberapa orang bertanya-tanya apakah bau durian yang kuat dapat dideteksi pada perbannya? Atau apakah pemakainya nanti akan dilarang naik bus umum?

Chen bersikeras perban itu tidak berbau. Terlepas dari reaksi tersebut, para peneliti mengatakan inovasi tersebut dapat membantu memecahkan masalah lingkungan yang serius. Terutama kaitannya dengan limbah makanan.

“Ini terkait dengan upaya kami untuk mengembangkan inovasi untuk mengurangi limbah makanan secara keseluruhan,” ungkap William Chen, selaku ilmuwan utama di balik inovasi tersebut.

Setidaknya satu vendor durian sangat antusias dengan prospek yang cibuat oleh Chen dan tim.

“Penemuan itu adalah cara yang fantastis untuk mendaur ulang kulit durian,” ungkap  yang merupakan penjual durian di Singapura. Di kutip dari CNBC James Wong mengatakan bahwa kulit durian saat ini dibuang begitu saja. Dia juga membayar perusahaan pembuangan limbah untuk membersihkannya.

80% Dari Berat Buah

80% Dari Berat Buah

Makanan di Singapura relatif murah karena disubsidi oleh pemerintah, kata Chen kepada CNBC. “Kelemahan dari makanan yang terjangkau dan berlimpah ini adalah kita tidak terlalu menghargai makanan tersebut,” ungkapnya.

Untuk mengurangi masalah sisa makanan, Chen memutuskan untuk bereksperimen dengan kulit durian. Di singapura, kulit durian biasanya dibuang setelah daging buahnya yang berwarna kuning dan lembut dikonsumsi. Kulit durian dapat mencapai sekitar 80% dari berat buah secara keseluruhan.

Durian menjadi pilihan buah karena beberapa alasan. Buah-buahan besar seperti durian memberi para ilmuwan volume yang dibutuhkan untuk dikerjakan. Mereka juga memiliki kandungan serat yang tinggi, yang membuatnya cocok untuk proses tersebut. Ketersediaan durian juga berperan, kata Chen.

“Singapura mengkonsumsi 12 juta durian per tahun,” katanya. “Selama orang Singapura terus makan durian, kami bisa terus membuat perban ini.”

Manfaat Dan Kekurangannya

Manfaat Dan Kekurangannya

Menurut Chen, perban yang terbuat dari kulit durian bermanfaat bagi lingkungan dan medis. Tidak seperti plester yang ada, perban baru mengandung hidrogel, yang dapat melindungi luka dan menjaganya tetap lembab. Beberapa ahli medis juga ikut serta dengan inovasi tersebut.

“Perban hidrogel yang dihasilkan dari kulit durian memiliki kinerja yang setara dengan yang ada di pasaran,” kata Associate Professor Andrew Tan, yang juga ahli gangguan metabolisme di sekolah kedokteran NTU.

Hidrogel memberikan kelembapan yang membantu menghilangkan jaringan yang terinfeksi dan mendorong penyembuhan. Kandungan hidrogel yang ada pada perban juga dapat mendinginkan luka yang membantu mengurangi rasa sakit.

“Saya selalu percaya bahwa alam memiliki jawaban untuk segalanya,” kata Priyadarshani Kamat, seorang ahli homeopati yang berbasis di Singapura. “Di masa lalu, saya telah melihat bagaimana perban yang terbuat dari kulit kentang membantu korban luka bakar, memulihkan kulit mereka dengan cepat, dan hidrogel [durian] ini mirip dengan itu.”

Disisi lain, banyak juga yang beranggapan bahwa perban durian tidak siap untuk menggantikan semua perban. Tan menunjukkan bahwa mereka tidak cocok untuk luka berat, karena sebagian besar terdiri dari air.

Mereka juga tidak 100% dapat terurai secara hayati. Sementara tim telah berhasil mengganti lapisan yang lembut dan empuk dengan hidrogel durian. Sementara bagian perekat luarnya masih terbuat dari plastik, kata Chen. Meski begitu, Chen dan timnya berharap bisa membawa perban kulit durian ke pasar dalam dua tahun ke depan.

“Saya ingin mengubah penelitian menjadi sesuatu yang berguna bagi masyarakat,” kata Chen seperti yang dikutp dari CNBC.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *