Mengenal Gejala Penyakit Moyamoya yang Langka
Mengenal Gejala Penyakit Moyamoya yang Langka Penyakit moyamoya mungkin terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal, penyakit ini termasuk salah satu gangguan pembuluh darah otak yang berbahaya dan bisa mengakibatkan stroke, terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Salah satu gejala awalnya adalah sakit kepala kronis yang sering kali diabaikan atau disalahartikan sebagai migrain biasa.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara rinci tentang apa itu penyakit moyamoya, apa saja gejalanya, dan mengapa penting untuk mengenali tanda-tanda awalnya.
Apa Itu Penyakit Moyamoya?
Penyakit moyamoya adalah kondisi langka yang memengaruhi pembuluh darah di otak. Nama “moyamoya” berasal dari bahasa Jepang yang berarti “seperti kabut asap”, merujuk pada tampilan angiogram pembuluh darah otak yang menyempit dan bercabang-cabang kecil seperti kabut.
Kondisi ini menyebabkan penyempitan progresif arteri karotis di otak, yang memicu pembentukan pembuluh darah baru yang abnormal. Namun, pembuluh baru ini sangat rapuh dan rentan pecah, sehingga meningkatkan risiko stroke atau pendarahan otak.
Gejala Awal Penyakit Moyamoya
Gejala penyakit moyamoya bervariasi tergantung usia penderita. Pada anak-anak, gejalanya lebih cenderung berupa stroke iskemik, sedangkan pada orang dewasa, pendarahan otak lebih umum terjadi.
Gejala Umum yang Perlu Diwaspadai:
1. Sakit Kepala Kronis
- Sakit kepala yang muncul terus-menerus atau kambuhan
- Sering kali terjadi setelah aktivitas fisik atau stres emosional
- Dapat menyerupai migrain tapi tidak merespons obat biasa
2. Gangguan Saraf dan Motorik
- Kelemahan di salah satu sisi tubuh (hemiparesis)
- Kelumpuhan sementara
- Kesulitan bicara atau memahami percakapan (afasia)
- Gangguan penglihatan mendadak
3. Kejang
Pada beberapa penderita, penyakit moyamoya dapat memicu kejang mendadak tanpa riwayat epilepsi.
4. Hilang Kesadaran atau Pingsan
Karena aliran darah ke otak terganggu, penderita bisa mengalami sinkop atau kehilangan kesadaran secara tiba-tiba.
5. Gangguan Kognitif dan Perilaku
- Kesulitan konsentrasi
- Penurunan prestasi akademik (pada anak-anak)
- Perubahan suasana hati atau perilaku agresif
Penyebab dan Faktor Risiko Moyamoya
Penyebab pasti penyakit moyamoya belum diketahui, namun beberapa faktor yang diduga berperan antara lain:
- Faktor genetik: Lebih umum terjadi pada orang Asia Timur dan bisa diturunkan dalam keluarga
- Penyakit autoimun: Seperti lupus atau sindrom Down
- Gangguan pembuluh darah: Termasuk anemia sel sabit
Diagnosis Penyakit Moyamoya
Pemeriksaan yang Umum Dilakukan:
- MRI/MRA Otak: Menilai struktur dan aliran darah di otak
- CT Scan: Mengidentifikasi pendarahan atau stroke
- Cerebral Angiography: Tes paling akurat untuk melihat pembuluh darah otak secara detail
Pemeriksaan dini sangat penting karena keterlambatan diagnosis dapat menyebabkan kerusakan otak permanen.
Pengobatan dan Penanganan Moyamoya
Tidak ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit sepenuhnya, tapi pengobatan dapat mengurangi risiko komplikasi.
1. Operasi Bypass Otak
Tujuan operasi adalah menciptakan jalur baru agar darah bisa mengalir ke bagian otak yang terkena. Dua metode yang umum digunakan:
- Direct bypass: Menghubungkan langsung arteri luar kepala ke arteri otak
- Indirect bypass: Menempatkan jaringan di dekat permukaan otak untuk merangsang pembentukan pembuluh baru
2. Pengobatan Simptomatik
- Obat antikejang
- Obat pengencer darah untuk mencegah stroke
- Terapi fisik dan okupasi
3. Monitoring Jangka Panjang
Pasien perlu melakukan kontrol berkala dengan neurolog dan melakukan pemantauan melalui MRI atau angiografi.
Pentingnya Deteksi Dini
Karena penyakit moyamoya berkembang secara progresif, deteksi dini sangat penting untuk mencegah stroke berulang dan penurunan fungsi otak. Jika Anda atau anggota keluarga mengalami gejala mencurigakan seperti sakit kepala berulang, lemas sebelah badan, atau kejang tanpa sebab jelas, segera konsultasikan ke dokter spesialis saraf.
Kesimpulan Moyamoya
Penyakit adalah gangguan pembuluh darah otak yang serius, meski tergolong langka. Gejala seperti sakit kepala kronis, kejang, dan gangguan saraf bisa menjadi tanda awalnya. Penanganan yang cepat dan tepat sangat menentukan kualitas hidup pasien.





