Jalurmedia.com – Tinder, Bumble, dan aplikasi kencan lainnya memiliki reputasi untuk mendorong hubungan kasual. Akan tetapi sebuah studi baru menunjukkan bahwa pengguna aplikasi mungkin mencari dan menemukan cinta sejati di tinder atau aplikasi kencan lainnya. Aplikasi ini sebagian besar didasarkan pada peringkat foto. Swipe kanan jika kamu suka, atau swipe kiri jika kamu tidak suka. Sesederhana itu! Dan itulah sebabnya banyak yang merasa mereka akan membina hubungan yang dangkal jika hanya terhubung lewat aplikasi kencan.
Namun rupanya hal tersebut tidak berlaku untuk Anthoni Allen-Zouhry. Ia melakukan swipe kanan saat pertama kali melihat foto suaminya sekarang di Tinder. Mereka telah menikah selama hampir dua tahun dan sedang menunggu anak pertamanya lahir. “Cinta menemukanku,” katanya. “Aku sedang mencari seseorang untuk menjalin hubungan. Tapi aku juga santai mencarinya, tidak terlalu menekan diri sendiri. Dan butuh beberapa bulan sebelum kami benar-benar serius”. Dan ada banyak pasangan seperti Allen-Zouhry dan suaminya, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan baru-baru ini di jurnal PLOS ONE.
Ketertarikan Untuk Hidup Bersama
Gina Potarca, peneliti di Institut Demografi dan Sosial Ekonomi Universitas Jenewa, memeriksa data dari survei keluarga 2018 oleh Kantor Statistik Federal Swiss untuk mengetahui lebih lanjut tentang hubungan yang terbentuk secara online dan offline. Survei tersebut melibatkan lebih dari 3.200 orang berusia di atas 18 tahun yang menjalin hubungan dan telah bertemu cinta sejati di tinder atau aplikasi kencan lainnya dalam dekade terakhir.
Pasangan yang bertemu melalui aplikasi kencan lebih tertarik untuk hidup bersama dibandingkan dengan mereka yang bertemu secara offline, dan wanita yang menemukan pasangannya melalui aplikasi kencan cenderung lebih menginginkan anak daripada mereka yang menemukan pasangannya dengan cara lain. Terlebih lagi, pasangan yang bertemu di aplikasi kencan sama bahagianya dengan pasangan yang bertemu di tempat lain.
Studi tersebut menemukan bahwa pengguna aplikasi juga memperluas wawasan dan kumpulan kencan mereka. Aplikasi ini dapat memudahkan untuk bertemu orang-orang yang tinggal lebih jauh dan berasal dari latar belakang yang berbeda. “Banyak media besar mengklaim hal tersebut membawa dampak negatif pada kualitas hubungan. Karena membuat orang tidak mampu berinvestasi dalam hubungan eksklusif atau jangka panjang. Namun, hingga saat ini, belum ada bukti untuk membuktikan hal ini,” kata Potarca dalam siaran pers Universitas Jenewa.
Ada Resiko Tambahan
Pepper Schwartz, seorang profesor sosiologi di University of Washington, juga mengatakan bahwa hubungan acak atau random mengambil risiko tambahan selama pandemi, tetapi sulit untuk sendirian selama waktu yang tidak pasti seperti itu. “Orang-orang mungkin membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengenal satu sama lain melalui teks dan FaceTime serta menemukan lebih banyak kesamaan dibandingkan dengan mereka yang hanya bertemu untuk kencan biasa,” lanjutnya.
Schwartz juga mengingatkan walaupun aplikasi swiping mudah digunakan, namun kamu harus lebih cerdas memutuskan dengan siapa kamu bertemu, mengingat adanya risiko COVID-19. “Orang-orang takut dan terisolasi, tetapi mereka tidak akan meninggalkan rumah dan mempertaruhkan hidup mereka hanya untuk bertemu siapa pun,” Lori Zaslow, pakar hubungan New York City, menyetujui. “Hubungan emosional lebih diperhitungkan saat ini,” ungkapnya. “Sebelumnya, kamu mungkin melakukan swipe dengan cepat dan tidak terlalu selektif, tetapi taruhannya jauh lebih tinggi sekarang.”
Schwartz mengatakan bahwa situs dan aplikasi kencan adalah tempat yang baik untuk menemukan Mr. atau Ms. Right. Ia juga berpendapat, “Mereka yang mendaftar di aplikasi kencan termotivasi untuk bertemu seseorang”. Jika kamu sedang di cafe atau coffee shop, seseorang yang kamu temui mungkin ingin terhubung, atau juga tidak. Schwartz mengatakan aplikasi atau layanan berbayar adalah cara yang harus dilakukan ketika kamu benar-benar serius untuk mencarinya.