Jalurmedia.com – Penelitian baru menunjukkan bahwa orang dewasa yang menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial memiliki risiko depresi yang cukup tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah penelitian telah mengaitkan penggunaan media sosial yang berlebihan dengan peningkatan risiko depresi.
Di satu sisi, waktu yang berlebihan di Twitter atau Facebook dapat memicu gejala depresi. Di sisi lain, orang dengan depresi mungkin menarik diri dari interaksi langsung secara tatap muka dan menghabiskan lebih banyak waktu di dunia maya.
Brian Primack, seorang profesor kesehatan masyarakat di University of Arkansas, dan rekan-rekannya memutuskan melakukan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah penggunaan media sosial membuat perbedaan dalam risiko orang dewasa untuk mengalami depresi di kemudian hari.
Penelitian ini melibatkan hampir 1.000 orang dewasa berusia 18 hingga 30 tahun yang awalnya bebas dari depresi, berdasarkan kuesioner standar. Semua melaporkan penggunaan waktu media sosial mereka sehari-hari dan menilai indikator dari depresi enam bulan selanjutnya. Pada saat itu, hampir 10% memenuhi kriteria untuk mengalami depresi.
Resiko Yang Lebih Besar Dapat Terjadi
Secara keseluruhan, risiko depresi meningkat seiring dengan waktu yang dihabiskan di media sosial. Dibandingkan dengan pengguna paling ringan (2 jam atau kurang per hari), pengguna terberat (setidaknya 5 jam per hari) memiliki risiko depresi tiga kali lebih tinggi.
Sementara itu, risiko itu dua kali lebih tinggi di kalangan dewasa muda yang aktif di media sosial sekitar 3,5 hingga 5 jam per hari.
Primack mencatat bahwa temuan tersebut tidak secara definitif membuktikan sebab dan akibat. Namun, timnya memperhitungkan faktor-faktor lain seperti, tingkat pendidikan masyarakat, pendapatan, ras dan apakah mereka bekerja.
Mereka juga bertanya kepada peserta apakah mereka pernah mengalami trauma masa kecil. Contoh saja seperti kekerasan fisik dan pengabaian emosional, yang juga merupakan faktor risiko depresi. Meski begitu, waktu yang berlebihan di media sosial memprediksi risiko depresi yang lebih tinggi.
Primack juga mengatakan, tidak ada bukti bahwa hubungan tersebut berjalan sebaliknya. Di antara 299 peserta penelitian lain yang mengalami depresi, tidak ada peningkatan penggunaan media sosial dari waktu ke waktu.