OPINI, Jalurmedia.com – Kami putra putri Indonesia mengaku, bertumpah darah satu tanah air Indonesia; Kami putra putri Indonesia mengaku, berbangsa satu bangsa Indonesia; Kami putra putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia. Tiga kalimat yang merupakan penggalan dari sumpah pemuda diikrarkan 93 tahun silam yakni pada 28 Oktober 1928. Sumpah pemuda dikumandangkan bertepatan dengan kongres Pemuda kedua di Jakarta jauh sebelum Indonesia merdeka. Lantas apa makna sumpah pemuda yang sesungguhnya?
Tujuan dari sumpah pemuda sendiri adalah agar pemuda pemudi Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat memiliki jati diri yang melekat pada bangsa Indonesia. Seperti yang selalu diamanatkan oleh Bung Karno sang Proklamator bangsa terkait dengan landasan “Jas Merah” yang berarti jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Dengan adanya sumpah pemuda maka pemuda pemudi Indonesia harus bangga akan identitasnya sebagai bangsa Indonesia yang utuh.
Namun dalam arus globalisasi yang marak terjadi, terlihat semakin pudarnya semangat dan jiwa nasionalisme yang dimiliki oleh pemuda pemudi Indonesia. Tugas untuk memaknai kembali makna dan spirit dari sumpah pemuda tentu harus dilakukan kembali.
Setelah 93 tahun silam, timbul pertanyaan apakah pemuda pemudi Indonesia masih menjunjung tinggi makna dari sumpah pemuda? atau apakah mereka sudah lupa dengan bunyi dari ikrar sumpah pemuda?
Sejarah Sumpah Pemuda
Maraknya penjajahan pada sekitar tahun 1920 an membuat pemuda Indonesia mulai bergerak untuk membuat suatu gebrakan. Hal ini bertujuan untuk mengusir para penjajah di Indonesia yang mulai merajalela menguasai Indonesia dengan penyebaran ideologi-ideologi dari negaranya.
Kemudian pada tahun 1920 banyak muncul organisasi-organisasi kepemudaan yang berlatar belakang karena penjajahan. Para pemuda mulai mendiskusikan hal-hal terkait dengan gerakan kepemudaan.
Sumpah pemuda berasal dari kata sumpah dan pemuda yang berarti janji dari para pemuda Indonesia yang aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan catatan sejarah, dalam proses perumusan sumpah pemuda dimuat dalam tiga kali rapat yang berbeda.
Rapat pertama perumusan sumpah pemuda diadakan pada 27 Oktober 1928 tepatnya rapat dilaksanakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB). Dalam rapat tersebut terdapat lima hal yang dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yakni sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan dan kemauan. Dalam rapat tersebut pula Mohammad Yamin selaku tokoh pejuang Indonesia menekankan bahwa pentingnya hubungan persatuan dengan pemuda.
Gedung Oost-Java Bioscoop menjadi tempat rapat kedua dalam proses perumusan sumpah pemuda. Rapat kedua diadakan pada 28 Oktober 1982. Adapun tema yang diangkat pada rapat kedua adalah isu pendidikan bagi bangsa Indonesia.
Anak-anak diwajibkan untuk mendapatkan pendidikan yang baik demi tujuan kecerdasan bangsa. Ditekankan kembali atas isu pendidikan pada rapat kedua yakni anak-anak sebagai penerus bangsa harus mendapatkan pendidikan secara demokratis.
Rapat terakhir diadakan pada hari yang sama yakni 28 Oktober 1982 dengan tempat yang berbeda. Rapat ketiga berlokasi di Gedung Indonesische Clubhuis Kramat. Tema pokok pada rapat ini adalah pentingnya nasionalisme dan demokrasi dalam perjuangan bangsa Indonesia. Pada rapat terakhir juga diumumkannya hasil kongres pemuda yakni lahirnya rumusan sumpah pemuda.
Sumpah Pemuda Bagi Generasi Milenial
Konsep sumpah pemuda yang mulai hilang karena terkikis oleh arus globalisasi. Pemuda pemudi Indonesia kian terpapar akan ideologi barat yang terus berkembang. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor berkembangnya teknologi informasi dari zaman ke zaman.
Hegemoni atas ideologi-ideologi luar terus masuk dan mudah diterima oleh kaum milenial Indonesia. Anak mudah cenderung untuk lebih bangga atas internasionalisme dalam diri mereka.
Generasi milenial merasa akan lebih “keren” jika mengkonsumsi hal-hal yang berbau global seperti ideologi dari barat. Mereka bahkan berpandangan bahwa dengan masuknya ideologi barat akan lebih membuka wawasan mereka sehingga cenderung untuk melupakan ideologi sendiri. Hal ini dapat diambil contoh dari selera film, musik, dan berbagai bidang hiburan lainnya.
Untuk menepis masuknya ideologi barat pun pemerintah sudah melakukan beberapa program yang diberlakukan kepada kaum milenial seperti kampanye atas asas nasionalisme melalui empat pilar kebangsaan. Beberapa sesi seminar dan webinar juga telah diadakan oleh pemerintah demi kesatuan yang utuh bagi bangsa Indonesia.
Namun, disatu sisi kaum milenial tetap saja masih menerapkan gaya hidup budaya barat seperti hedonisme dan juga menggunakan bahasa multilingual dalam kehidupan sehari-hari.
Pada momen sumpah pemuda inilah pemuda pemudi Indonesia harus diingatkan kembali akan rasa nasionalisme yang tinggi. Ingat akan perjuangan pemuda Indonesia di masa penjajahan bahwa bangsa Indonesia itu satu dan harus terus menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa.
Sebagai kaum muda harus bangga sebagai bangsa Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia, menjunjung tinggi rasa persatuan tanah air sebagai contoh tetap menggunakan produk-produk lokal dan bangga untuk memperkenalkan budaya Indonesia di mancanegara.