Jalurmedia.com – Tak terasa sebentar lagi umat muslim di tanah air akan merayakan hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Perayaan Maulid Nabi sendiri akan berlangsung pada 18 Oktober 2021 mendatang. Maulid adalah hari untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Hal ini menurut catatan dari Ahmad Tsauri dalam Sejarah Maulid Nabi (2015). Perayaan Maulid Nabi sudah dilaksanakan oleh masyarakat Muslim di Indonesia sejak tahun kedua hijriah.
Seperti yang dikutip dari nu.or.id, catatan tersebut merujuk pada Nuruddin Ali dalam kitabnya Wafa’ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa. Dalam catatannya dijelaskan bahwa Khaizuran (170 H/786 M) yang merupakan ibu dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid datang ke wilayah Madinah. Disana, Ia memerintahkan penduduk setempat untuk melaksanakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi.
Sejarah Maulid Nabi
Rasulullah SAW kemudian diyakini lahir pada 12 Rabiul Awwal Tahun Gajah (570 Masehi). Akan tetapi dalam catatan Muhammad Husain Haekal yang terdapat dalam Sejarah Hidup Muhammad (2006) pendapat lain mengatakan bahwa Nabi sudah lahir lima belas tahun sebelum peristiwa gajah terjadi.
Di lain sisi, ada juga yang beranggapan bahwa Nabi telah dilahirkan beberapa hari, beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun setelah Tahun Gajah tersebut. Ada juga yang menafsirkan tiga puluh tahun bahkan tujuh puluh tahun.
Di Jazirah Arab, masa sebelum Islam didakwahkan Nabi Muhammad sering disebut degan zaman Jahiliyah. Zaman ini juga dikenal sebagai masa ketidaktahuan, sesat, atau bodoh. Dalam bukunya yang berjudul Lentera Hati (2007), M. Quraish Shihab berpendapat bahwa kondisi tersebut kerap kaitkan dengan keputusan Allah yang menurunkan Rasul terakhirnya di tanah tersebut.
Quraish Shihab juga menerangkan bahwa Makkah sebagai tempat kelahiran Nabi. Makkah juga merupakan pusat Hijaz yang menjadi simpul pertemuan para pedagang dan seniman dari berbagai penjuru. Muhammad juga berasal dari suku Quraisy yang saat itu sangat memiliki pengaruh besar di Makkah. Suku ini juga dipercaya memiliki dua keluarga besar, yakni Hasyim dan Umayyah.
Seperti yang dikutip dari Quraish Shihab, Al-Aqqad dalam Mathla’ Al-Nur mengatakan bahwa keluarga Hasyim (Bani Hasyim) terkenal sangat gagah, berwibawa dan juga sangat simpatik terhadap situasi dan lingkungan skitarnya. Tidak hanya itu, keluarga ini juga dikenal sangat budiman dan religius. Sementara itu, keluarga Umayyah merupakan keluarga politikus yang pandai menjalankan tipu daya. Mereka juga menrupakan pekerja yang ambisius dan tidak gagah.
Menurut Al-Aqqad, hal ini sudah disepakati oleh para sejarawan dan tidak dibantah sama sekali oleh Umayyah bahkan setelah mereka berkuasa.
Khazanah Maulid di Indonesia Kini
Momen kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awwal telah diperingati oleh umat Muslim di seluruh dunia dengan perayaan Maulid. Tak terkecuali di Indonesia.
Di Indonesia sendiri, peringatan Maulid Nabi SAW dimeriahkan dengan berbagai ekspresi dan kegiatan. Seperti halnya yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Mereka merayakan Maulid dengan membaca Manakib Nabi Muhammad dalam Kitab Maulid Barzanji, Maulid Simtud Dhurar, Diba’, Saroful Anam, Burdah, dan lain sebagainya.
Selesai membaca Manakib Nabi Muhammad, masyarakat setempat akan melanjutkan perayaan dengan menyantap makanan secraa bersama-sama. Kudapan tersebut pun merupakan makanan yang persiapkan secara gotong royong oleh warga setempat. Masyarakat Muslim juga tidak hanya bergembira merayakan kelahiran Nabi, namun juga bersyukur atas teladan, jalan hidup, dan tuntunan yang dibawa oleh Nabi bagi hidup mereka.
Penduduk dari Bangsa Indonesia tidak hanya beragam atau majemuk dalam hal agama, namun juga beragam dalam suku, bahasa, seni, dan lain-lain. Oleh sebab itu, keberagaman dalam mengekspresikan tradisi amaliyah keagamaan seperti Maulid juga sangat mudah dijumpai.
Perayaan Maulid Nabi Di Sulawesi Selatan
Contoh saja seperti yang dilakukan oleh sebagian besar penduduk yang merupakan umat Muslim di Sulawei Selatan. Penduduk setempat merayakan Mualid dengan cara yang sangat unik. Perayaan Maulid yang dirayakan oleh penduduk Sulawesi Selatan tersebut dinamakan Maudu Lompoa atau yang berarti Maulid Akbar.
Maudu Lompoa bahkan dirayakan lebih ramai dibandingkan dengan perayaan hari raya Idul Fitri. Maudu Lompoa dapat diartikan sebagai Maulid Besar atau lebih dikenal sebagai puncak peringatan Maulid. Dalam perayaan ini, warga atau penduduk setempat mengarak replika perahu Pinisi. Replika tersebut juga turut dihiasi dengan beraneka ragam kain sarung dan dipamerkan di tepi sungai.
Salah satu wilayah yang masih merayakan perayaan ini adalah Desa Cikoang. Desa ini berlokasi di Kecamatan Laikang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Seusai dipamerkan, replika perahu Pinisi sepanjang lima meter itu kemudian diangkat dan diarak oleh warga berkeliling desa.
Selama acara, riuh tabuhan gendang atau seni musik Gandra Bulo khas masyarakat lokal turut memeriahkan acara. Di dalam perahu juga di isi dengan berbagai macam makanan. Salah satunya adalah nasi ketan khas Makassar atau biasa disebut Songkolo. Perahu juga dihias dengan telur berwarna-warni. Konon sajian makanan ini melambangkan bahtera yang akan membawa berkah yang melimpah bagi masyarakat desa Cikoang.
Setelah prosesi arak selesai dilaksanakan, makanan tersebut lantas dipersembahkan dalam puncak Maudu Lompoa di Baruga. Acara puncak tersebut dipimpin oleh pemimpin ritual yang biasa disebut Sayye. Dilihat dari sejarahnya, perayaan Maudu Lompoa ini melambangkan sejarah dari masuknya agama Islam di wilayah Sulawesi Selatan. Dipercaya juga bahwa ajaran Muslim masuk ke Sulawesi Selatan berkat pedagang-pedagang Arab.