Jalurmedia.com – Belakangan ini, topik tentang pilihan hidup tanpa anak atau childfree sedang marak diperbincangkan di media sosial. Dalam konteks memilih jalan hidup yang bahagia tanpa anak tentu saja menimbulkan tanggapan yang pro dan kontra. Sehingga beberapa orang beranggapan bahwa orang-orang yang memilih hidup childfree adalah orang yang egois.
Memilih untuk childfree adalah hak setiap pasangan. Menurut psikolog keluarga dan anak, Anna Surti Ariani P.Psi, M.Psi. keputusan untuk childfree memerlukan pertimbangan yang sangat matang, komitmen, tanggung jawab, serta mempertimbangkan konsekuensi yang akan terjadi. Karena makna dari childfree sendiri adalah dimana kamu dan pasanganmu memutuskan untuk tidak memiliki anak setelah menikah.
Pertanyaan adalah, apakah childfree termasuk pilihan yang egois? Childfree merupakan sikap yang diputuskan dengan pemikiran dan pertimbangan yang pasti alih-alih gegabah. Psikolog Anna Surti Ariani pun menyatakan bahwa seseorang yang memilih untuk childfree bukan berarti egois. Dalam beberapa kasus, pilihan untuk childfree bisa jadi pilihan bijak dan terbaik.
Baca juga: Terlalu Malu: Kasih 5 Kode Ini biar Calon Pasanganmu Peka!
Alasan seseorang memilih childfree
Ada banyak faktor mengapa pada akhirnya sepasang suami istri memilih untuk hidup tanpa anak:
1. Masalah finansial
Menjadi orang tua artinya harus siap dengan segala tanggung jawab finansial baru. Mulai dari kehamilan, medical check up, persalinan, imunisasi, merawat, menyekolahkan dan sebagainya. Semakin lama tanggung jawab tersebut akan semakin besar. Jadi beberapa orang beranggapan daripada tidak bisa memberikan pendidikan ataupun fasilitas yang terbaik untuk anak, childfree adalah pilihan yang paling bijak menurut mereka.
2. Masalah kesehatan
Beberapa orang dengan masalah kesehatan bisa saja menurunkan resiko kesehatan itu pada anak, ini bisa menjadi alasan mengapa mereka memutuskan untuk tidak memiliki anak. Mereka lebih memilih untuk tidak melihat anak mereka memiliki penyakit yang sama. American Journal of Human Biology menerbitkan studi berjudul Daughters Increase Longevity of Fathers, but daughters and Sons Equally Reduce Longevity of Mothers. Jurnal tersebut mencatat bahwa perempuan bisa kehilangan 95 minggu umurnya untuk setiap anak yang mereka kandung.
3. Trauma masa lalu
Sebagian orang tumbuh dengan inner-child wound atau luka masa kecil yang menjadi trauma mendalam dan memilih untuk tidak memiliki anak pada saat mereka menikah. Mereka takut akan memberikan luka yang sama dengan orang tuanya dulu lakukan padanya.
Baca juga: Tren Baru Dalam Berkencan Di Masa Pandemi Covid-19
Apapun pilihan seseorang atas rencana hidupnya, termasuk jika berkaitan dengan anak, menghormati dan tidak mengintervensi adalah hal bijak yang bisa kita lakukan. Karena sumber kebahagiaan bagi sebagian orang tidak hanya kehadiran seorang anak. Akan tetapi menjalani hidup dengan martabat dan kebebasan menentukan pilihan. (Din)