Oksitosin 'hormon cinta' Dapat Meningkatkan Kepuasan Dan Empati Hidup. Apa Benar?
Health Lifestyle

Oksitosin ‘hormon cinta’ Dapat Meningkatkan Kepuasan Dan Empati Hidup. Apa Benar?

Sebuah studi baru dalam jurnal Frontier in Behavioral Neuroscience menunjukkan bahwa orang yang lebih tua cenderung melepaskan lebih banyak oksitosin. Fenomena ini sebagai respons terhadap situasi sosial yang membangkitkan empati. Respons oksitosin ‘hormon cinta’ yang lebih besar juga dikaitkan dengan tingkat perilaku membantu yang lebih besar dan peningkatan kepuasan hidup.

dikutip dari Medical News Today Rabu, (27/04/2022) Temuan ini mungkin menjelaskan mengapa orang yang lebih tua menyumbang lebih banyak untuk amal dan melakukan lebih banyak pekerjaan sosial.

“Orang-orang yang melepaskan paling banyak oksitosin dalam percobaan tidak hanya lebih murah hati untuk amal. Akan tetapi juga melakukan banyak perilaku membantu lainnya. Ini adalah pertama kalinya perubahan nyata dalam oksitosin dikaitkan dengan perilaku prososial di masa lalu,” kata Dr. Paul Zak, penulis studi dan profesor di Claremont Graduate University.

Oksitosin dan Perilaku Sosial

Oksitosin adalah hormon yang bertanggung jawab untuk kontraksi rahim selama persalinan, menyusui, dan perilaku reproduksi. Hal ini juga memodulasi transmisi sinyal antara sel-sel otak dan terlibat dalam modulasi perilaku sosial.

Eksperimen pada manusia menunjukkan bahwa oksitosin otak mengurangi kecemasan. Namun disisi lain juga dapat meningkatkan kepercayaan, kerja sama, empati, kemurahan hati, dan ikatan sosial.

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang lebih tua cenderung menyumbangkan lebih banyak uang untuk amal. Selain itu, mereka lebih mungkin untuk terlibat dalam pekerjaan sukarela daripada orang yang lebih muda. Penjelasan potensial untuk peningkatan perilaku prososial ini adalah empati yang lebih besar dalam menanggapi situasi sosial. Fenomena ini lebih banyak terjadi pada orang yang lebih tua daripada pada orang yang lebih muda.

Oksitosin dan Usia

Dalam penelitian ini, peneliti menjaring 103 individu berusia antara 18 dan 99 tahun. Para peneliti membagi peserta menjadi tiga kelompok. Yaitu kelompok usia muda (18 hingga 35 tahun), setengah baya (36 hingga 65 tahun), atau orang yang lebih tua (di atas 65 tahun).

Mereka meminta para peserta untuk menonton video emosional singkat dari seorang ayah yang menceritakan perasaannya. Dalam tayangan tersebut digambarkan bagaimana tokoh menghadapi kematian dekat putranya yang berusia dua tahun dengan kanker otak terminal.

Para peneliti mengumpulkan sampel darah dari para peserta sebelum dan sesudah menonton video untuk mengukur kadar oksitosin. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa perubahan kadar oksitosin darah dan otak cenderung berkorelasi. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk memperkirakan perubahan kadar oksitosin otak menggunakan sampel darah.

Para peneliti menemukan bahwa orang yang lebih tua menunjukkan peningkatan kadar oksitosin yang lebih besar setelah menonton video daripada orang yang lebih muda.

Oksitosin dan Kebaikan

Setelah menonton video, para peserta diberi hadiah berupa uang karena berpartisipasi dalam studi yang tidak terkait. Di waktu yang bersamaan juga terdapat opsi untuk menyumbangkan sebagian dari hadiah itu ke badan amal medis.

Para peneliti menemukan bahwa individu dengan peningkatan kadar oksitosin darah yang lebih besar cenderung menyumbangkan sebagian besar uang hadiah.

Selanjutnya, individu yang lebih tua menyumbangkan sebagian besar dari uang hadiah untuk amal. Survei yang dilakukan selama penelitian mengungkapkan bahwa orang yang lebih tua juga menghabiskan lebih banyak waktu menjadi sukarelawan dan menyumbang lebih banyak untuk amal di tahun sebelumnya.

Khususnya, sedikit peningkatan kadar oksitosin pada individu yang lebih tua dikaitkan dengan jumlah donasi yang sama dengan individu yang lebih muda dengan respons oksitosin yang lebih besar.

Studi ini juga menemukan bahwa penuaan menghasilkan peningkatan yang lebih besar dalam sumbangan untuk amal pada individu yang lebih tua dengan respons oksitosin yang lebih kecil daripada yang lebih besar. Temuan menunjukkan bahwa tingkat respons penuaan dan oksitosin bersama-sama memengaruhi jumlah yang disumbangkan untuk amal.

Kepuasan Dengan Kehidupan dan Religiusitas

Konsisten dengan penelitian lain, para peneliti menemukan bahwa individu yang lebih tua lebih mungkin untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan dan memiliki rasa kepuasan yang lebih besar dengan kehidupan. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dewasa yang lebih tua dan lebih religius terlibat lebih banyak dalam kegiatan amal dan sukarela dan mengekspresikan kepuasan hidup yang lebih besar.

Para peneliti menemukan bahwa respons oksitosin ‘hormon cinta’ yang lebih besar terhadap stimulus video dikaitkan dengan rasa kepuasan yang lebih besar terhadap kehidupan. Termasuk didalamnya adalah partisipasi dalam kegiatan keagamaan, dan peningkatan tingkat empati serta rasa syukur.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *