Sama-sama Aset Digital, Apa Perbedaan NFT dan Kripto?
Ekonomi Technology

Sama-sama Aset Digital, Apa Perbedaan NFT dan Kripto?

Jalurmedia.com -Belakangan ini istilah Non-Fungible Token (NFT) menjadi perbincangan di masyarakat. Apalagi ketika Sultan Gustaf AL Ghozali atau lebih dikenal dengan Ghozali Everyday menjadi viral  setelah “mendadak kaya” menjual selfie melalui aset digital ini.

Pria berusia 22 tahun itu menjual selfie di platform OpenSea. Total uang yang ada di sakunya sejauh ini adalah Rp 1,5 miliar. OpenSea adalah platform yang menawarkan penjual, pembeli, dan pencipta aset digital untuk bertransaksi dengan cryptocurrency Ethereum (ETH).

Apa Itu NFT dan Kripto?

NFT sendiri merupakan aset digital berupa karya seni atau barang koleksi yang dapat digunakan untuk membeli barang secara virtual. Semua aset digital ini diverifikasi melalui blockchain.

Pasar NFT hanya menerima cryptocurrency sebagai pembayaran. Dengan kata lain, orang yang ingin membeli produk dalam bentuk NFT harus memiliki akun di platform pasar dan aset kripto. Jadi apa sebenarnya perbedaan antara NFT dan cryptocurrency?

Kurniawan Harmanda, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), yang juga COO Tokocrypto Teguh Kurniawan Harmanda, menjelaskan bahwa ada perbedaan antara NFT dan cryptocurrency.

Aset kripto dapat diperdagangkan atau ditukar satu sama lain. Mata uang digital memiliki nilai yang sama. Misalnya, nilai 1 bitcoin selalu sama dengan nilai bitcoin lainnya.

“Fungsi aset kripto juga digunakan sebagai metode yang dapat diandalkan untuk transaksi di blockchain,” kata Teguh seperti yang dikutip dari CNNIndonesia.com, Rabu (19/1).

Sementara NFT berbeda. Menurut Teguh, sertifikat NFT mirip dengan sertifikat digital. Masing-masing dengan tanda tangan atau token unik yang membuat aset digital hanya dapat diperdagangkan dan tidak dapat ditukar. Ini karena tidak ada dua NFT yang identik, bahkan pada platform, game, atau grup yang sama.

“Bayangkan NFT seperti tiket film. Setiap kartu berisi informasi spesifik termasuk nama pembeli, tanggal acara, dan tempat. Data ini membuat tidak mungkin untuk saling bertukar tiket festival,” katanya.

NFT dan Sistem Blockchain

Untuk membeli NFT ada pasar tersendiri seperti OpenSea atau pasar lokal contoh saja seperti TokoMall. Pasar NFT terdesentralisasi karena menggunakan sistem blockchain. Orang dapat membeli NFT secara langsung dengan aset kripto yang sudah mereka miliki di dompet mereka.

Teguuh mengatakan konsep penjualan NFT mirip dengan perusahaan lain. Tetapi menggunakan teknologi blockchain. Pencipta karya mencetak atau membuat karya dalam NFT di pasar pilihan mereka dan kemudian menentukan jumlah tertentu sebagai tampilan publik.

Pencipta karya menerima hasil penjualan ketika NFT dijual kepada pembeli pertama. Ia juga bisa terus menerima bagian dari royalti ketika NFT dijual kepada pembeli kedua dan ketiga, dan seterusnya.

“Pembagian royalti bervariasi berdasarkan kebijakan masing-masing platform pasar yang digunakan,” lanjut Teguh.

Cryptocurrency sekarang dapat dibeli melalui platform pertukaran. Setelah orang memutuskan untuk membeli token kripto seperti bitcoin, ethereum, atau lainnya, mereka perlu membuat akun di bursa untuk menukar rupiah atau mata uang lain dengan aset kripto.

Pertukaran tersebut berperan sebagai perantara antara penjual dan pembeli aset kripto. Oleh karena itu, sejumlah biaya dapat dibebankan. Contoh saja untuk biaya pembelian dan penjualan aset, dan juga penarikan dana.

NFT dan Pengaruhnya Pada Perekonomian Digital

Teguh mengatakan NFT telah membuat terobosan baru di dunia ekonomi digital. Jual beli aset NFT merupakan solusi atas permasalahan yang dihadapi seniman yang karyanya rentan terhadap plagiarisme atau duplikasi.

Seni digital dalam bentuk NFT dapat menjadi alternatif bagi berbagai kalangan untuk berinvestasi dalam sebuah karya seni. Berinvestasi dalam seni digital tidak harus menghabiskan banyak uang. Hal ini karena investor tidak perlu mempertimbangkan fasilitas tambahan seperti transportasi atau ruang pameran setelah membeli karya seni.

Namun, bukan berarti NFT tidak memiliki kelemahan. Menentukan nilai elemen dalam NFT bukanlah sistem yang jelas. Sampai saat ini popularitas pemilik asli suatu aset NFT masih dianggap penting dalam menentukan nilai suatu aset NFT.

Selain itu, NFT adalah aset yang tidak likuid. Karena siapa pun yang membeli NFT belum tentu bisa menjualnya kembali.

“Seperti halnya investasi lainnya, di dunia NFT ada risiko yang bisa muncul kapan saja,” kata Teguh.

Berbeda dengan NFT, cryptocurrency justru memiliki tingkat likuiditas yang tinggi. Ini karena cryptocurrency dapat diperdagangkan kapan saja. Namun, itu juga membawa risiko tinggi dengan konsep risiko tinggi dan imbalan tinggi

Perbedaan NFT dan Kripto

Demikian pula, pendiri dan CEO Bitocto Milken Jonathan mengatakan bahwa perbedaan sederhana antara NFT dan cryptocurrency adalah bahwa ada tanda tangan digital yang unik dan berbeda pada NFT. Sementara itu, aset kripto memiliki nilai yang sama.

Dia mengatakan bahwa cryptocurrency yang saat ini populer digunakan untuk membeli dan menjual NFT adalah ETH. Oleh karena itu, pembeli NFT harus terlebih dahulu membeli ETH di bursa yang terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

“Setelah membeli ETH, ETH akan diserahkan ke dompet Metamask atau apa pun yang ditangani untuk membeli NFT,” katanya.

Menurut Milken, modal yang akan diakuisisi berdasarkan harga NFT yang dipasarkan. Semakin populer tentu semakin mahal. Mengenai untung rugi, dia mengatakan bahwa cryptocurrency memiliki mekanisme yang sama untuk membeli dan menjual saham dan emas. NFT juga serupa di mana pembeli mengharapkan harga yang lebih tinggi di masa depan sehingga mereka dapat membelinya dengan harga yang lebih tinggi. dijual kembali

“Atau bisa sebaliknya, popularitas akan turun dan harga juga akan turun, meski tidak ada pembeli,” katanya.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *