Jalurmedia.com – Apakah kamu pernah tahu bahwa ada sebuah kampung di Jepang yang penghuninya adalah ratusan boneka? Ya, kampung tersebut ada dan bernama Nagoro Village. Berikut adalah sedikit ulasan mengenai Nagoro Village, kampung yang dihuni ratusan boneka di Jepang.
Nagoro Village
Nagoro berlokasi sekitar 550 KM dari barat daya Tokyo. Tepatnya kampung tersebut berada di Lembah Iya, Pulau Shikoku, Perfektur Tokushima, Jepang. Desa ini sangat terpencil sehingga satu persatu masyarakat meninggalkannya. Nagoro telah dikenal sebagai lembah boneka. Hal ini terjadi setelah Tsukimi Ayano mulai meletakkan orang-orangan sawah di jalan untuk memberikan kesan adanya kehidupan di desanya yang kekurangan penduduk. Dalam sebuah wawancara AFP, Ayano mengungkapkan bahwa hanya 27 orang yang tinggal di desa tersebut. Namun jumlah orang-orangan sawah terus bertambah hingga puluhan sampai ratusan.
Semua ini berawal dari 16 tahun yang lalu, ketika Ayano menciptakan orang-orangan sawah yang dipakaikan baju ayahnya. Hal tersebut untuk mencegah burung memakan biji yang ia tanam di kebunnya. Namun, orang-orang yang melihat dan melewatinya benar-benar menganggap orang-orangan sawah tersebut sebagai ayah dari Ayano sehingga mereka menyapanya.
Sejak hari itu, Ayano mulai menciptakan boneka yang disamakan dengan ukuran asli manusia. Dibuat dengan tongkat kayu, koran untuk mengisi tubuh, kain elastis untuk kulit, serta wol rajut sebagai rambut. Berkat keterampilan yang dimiliki Ayano, ia hanya perlu menyelesaikan boneka berukuran dewasanya tersebut selama tiga hari. Sekarang, karya Ayano sudah tersebar di seluruh desa.
Ayano mengungkapkan bahwa rahasia membuat bonekanya terlihat hidup ada di make up atau hiasan wajah. Ayano mengaplikasikan warna pink ke bibir dan pipi dengan kuas make up. Ia juga menempatkan bonekanya di sekolah. Ada 12 boneka berwarna-warni berukuran anak-anak yang ia tempatkan di setiap meja, diposisikan seolah-olah mereka sedang belajar. Hal ini disebabkan sekolah telah tutup beberapa tahun yang lalu karena tidak ada yang mengajar maupun yang diajar. Kampung tersebut pun hanya ditinggali orang-orang paruh baya. Usia termuda warga kampung Nagoro adalah 55 tahun.
Memerangi Depopulasi
Pasca perang dunia II, saat kehutanan dan pertanian menjadi faktor pendorong utama, banyak warga Jepang yang tinggal di desa-desa seperti Nagoro. Namun, anak-anak muda mulai pergi ke Tokyo pada tahun 1960-an karena ekonomi sedang berkembang di Tokyo dan Kawasan industri saat itu. PM Shinzo Abe berjanji menghidupkan kembali daerah-daerah di luar Tokyo dengan memompa dana puluhan miliar yen, namun sayangnya hal itu tidak cukup untuk menghentikan orang-orang muda meninggalkan kampung halamnnya.
Takumi Fujinami, ekonom di Japan Research Institute, mengatakan bahwa untuk memerangi depopulasi dibutuhkan orang-orang yang pindah ke daerah tidak berpenghuni. Namun kenyataannya memulihkan populasi sangat sulit.
Meskipun begitu, Nagoro Village menjadi sedikit bukti warga kembali. Boneka-boneka karya Ayano tersebut telah menarik perhatian para turis. Sebelumnya, tidak ada yang mengunjungi Nagoro, bahkan untuk hanya diketahui para turis. Ayano berharap Nagoro dapat kembali hidup dan banyak orang yang datang berkunjung untuk jalan-jalan.