Jalurmedia.com – Tidak dapat dipungkiri bahwa derasnya pengaruh dari globalisasi tentu sangat amat dirasakan oleh setiap masyarakat disetiap belahan bumi. Kemajuan dan kecanggihan teknologi merupakan salah satu penyebab derasnya pengaruh dari globaliasi. Untuk itu timbul pertanyaan bahwa masih adakah penjajahan di era globaliasi ini. Sebelumnya, perlu untuk mengetahu makna dari globalisasi itu sendiri.
Globaliasi secara harfiah dapat diartikan sebagai zaman dimana terjadi proses yang begitu besar yakni proses mengglobal. Proses membulat dan proses mendunia. Era globalisai ditandai dengan kemajuan di bidang telekomunikasi dan transportasi canggih. Hal ini dapat memudahkan manusia untuk melakukan aktivitas di berbagai bidang.
Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa era globalisasi sangat menguntungkan bagi mereka karena dapat memudahkan manusia untuk melakukan pekerjaanya. Dengan adanya era globalisasi juga merupakan tanda bahwa tidak ada lagi penjajahan seperti yang diterima oleh bangsa ini selama 350 tahun lalu yang meninggalkan luka yang begitu dalam bagi bangsa Indonesia.
Dengan adanya era globalisasi juga memudahkan manusia dengan cepat untuk dapat mengakses informasi dari bumi bagian manapun tanpa keterbatasan biaya. Globalisasi memang membawa pengaruh besar kepada manusia. Globalisasi tidak hanya menimbulkan dampak positif seperti memudahkan segala urusan dan aktivitas manusia. Akan tetapi globalisasi juga menimbulkan dampak negatif bagi manusia.
Dapat dikatakan bahwa dampak negatif dari globalisasi adalah penjajahan oleh derasnya pengaruh globalisasi itu sendiri. Terkadang memang membingungkan apa perbedaan antara penjajahan yang kita terima oleh Belanda dan Jepang sebelum kita merdeka. Sementara penjajahan yang kita terima pada era globalisasi setelah kita merdeka. Masih adakah penjajahan? Padahal tentu kita tahu bahwa negara kita sudah lama merdeka sejak 17 Agustus 1945.
Eksistensi Penjajahan di Era Globalisasi
Beberapa masyarakat mungkin akan berfikir bahwa tidak ada lagi penjajahan setelah kita merdeka apalagi pada era globalisasi seperti saat ini. Akan tetapi sebagian masyarakat tersebut tentu berfikir salah. Mengapa demikian? Tentunya penjajahan yang ada pada era globalisasi ini bukanlah seperti penjajahan yang dilakukan pada zaman dahulu sebelum bangsa Indonesia merdeka.
Beberapa masyakarat mungkin tidak sadar akan adanya penjajahan yang kita terima pada era globalisasi ini. Mereka sudah nyaman hidup dengan kecanggihan teknologi yang memudahkan diterimanya setiap informasi pada era globalisasi. Padahal mereka tidak mengetahui bahwa begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh era globalisasi ini.
Dampak negatif dari globalisasi membuat kita tidak menyadari bahwa kita sedang dijajah. Padahal jika kita dapat menilai dan mengkaji situasi dan konsisi yang ada di dunia ini, kita sedang dijajah oleh era globalisasi itu sendiri. Dengan dimudahkannya bagi manusia untuk mengakses informasi melalui kecanggihan teknologi.
Kita sedang dijajah, tapi kita tidak menyadari hal tersebut. Dalam ilmu Hubungan Internasional hal ini dikenal dengan istilah hegemoni. Istilah ini berarti bentuk penguasaan terhadap kelompok tertentu dengan cara menggunakan moral dan ideologi. Namun yang terhegemoni menerima akan hal tersebut.
Hegemoni inilah merupakan bentuk penjajahan di era globalisasi. Hegemoni merupakan bentuk penjajahan tidak langsung yang kita terima. Dimana berbeda dengan penjajahan langsung yang dilakukan oleh Belanda dan Jepang kepada negara kita secara nyata.
Kita tidak menyadari bahwa kita sebagai masyarakat yang hidup di zaman milenial bahwa kita telah dijajah melalui moral dan ideologi dari negara asing. Kita menerima begitu saja akan hal tersebut. Hal ini tentu berbeda dengan penjajahan pada zaman dahulu. Kita tidak menerima bahwa kita dijajah sehingga pahlawan terdahulu melakukan berbagai perlawanan kepada penjajah dan akhirnya kita menjadi negara merdeka.
Hegemoni sebagai bentuk konkret penjajahan globalisasi
Penjajahan dalam bentuk hegemoni ini dapat kita lihat dari masuknya budaya dan ideologi asing suatu negara. Sebagai contoh nyata adalah berbusana yang ditiru dari budaya Barat. Gaya busana tersebut cenderung lebih terbuka dimana hal tersebut menurut anak zaman sekarang adalah hal yang wajar. Padahal hal tersebut tentu tidak wajar karena bertentangan dengan budaya dari Timur.
Tak hanya dari segi gaya berbusana dan akan tetapi juga dapat dilihat dari ideologi yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Saat ini masyarakat Indonesia cenderung untuk mengikuti ideologi Barat yang tentu bertentangan dengan ideologi Timur. Sikap dan perilaku anak zaman sekarang cenderung “cuek” dengan lingkungan disekitarnya. Padahal dalam budaya Timur kita harus peduli dengan lingkungan sekitar.
Contoh lainnya adalah gaya hidup anak zaman sekarang yang lebih konsumtif dengan lebih bangga untuk menggunakan produk dan brand luar dibandingkan dengan menggunakan produk dan brand dari dalam negeri sendiri. Tak berhenti dihitu saja, anak zaman sekarang lebih sering untuk menyanyikan lagu-lagu asing dibandingkan untuk menyanyikan lagu dari dalam negeri. Menurut mereka, hal tersebut lebih mengikuti trend.
Contoh-contoh perilaku diatas merupakan bentuk penjajahan yang kita terima di era globalisasi ini akan tetapi kita tidak menyadari bahwa kita sedang dijajah oleh zaman. Untuk menghindari hal tersebut kita harus menumbuhkan kembali rasa nasionalisme kita sebagai bangsa yang bermartabar dan bermoral agar kita tidak dijajah oleh bangsa lain karerna begitu mudahnya masuk informasi yang dengan cepat kita akses.
Sosial media juga memberikan pengaruh besar kepada kita sehingga pada era globalisasi ini kita harus pintar untuk mengkaji kembali setiap informasi yang kita terima dari dalam maupun luar negeri sehingga kita tidak mudah pengaruhi oleh budaya asing dan kita tidak mudah dijajah oleh negara lain melalui ideologi mengingat begitu derasnya era globalisasi yang memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya di segala bidang.