OPINI, Jalurmedia.com – Fenomena spirit doll atau boneka arwah baru-baru ini menjadi populer di kalangan selebriti. Termasuk diantaranya pembawa acara dan desainer Ivan Gunavan, yang mengadopsi mereka dan merawat mereka seolah-olah mereka adalah anak-anaknya sendiri.
Tak hanya Ivan, para selebriti seperti Ruben Onsu dan Lucinta Luna memiliki boneka arwah yang harus dijaga serta diajak bermain dan jalan-jalan. Tak bisa dipungkiri, para selebriti ini juga turut mengabadikan rasa kebersamaan mereka dengan boneka arwahnya melalui media sosial dan berbagai acara.
Antara Tren dan Halusinasi Dari Fenomena Spirit Doll
Menyikapi fenomena tersebut, Rose Mini Agoes Salim, Ketua Program Studi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, tidak mempermasalahkan bermain dan merawat boneka arwah atau spirit doll. Namun, itu bisa berbahaya ketika tenggelam dalam halusinasi. Dalam ilmu medis, boneka serupa sering digunakan, namun fungsinya praktis untuk latihan.
Rose mencontohkan pada ibu hamil yang belajar merawat bayinya, memakai popok dan berenang dengan boneka. “Fitur ini mudah dipahami untuk pelatihan,” kata Rose kepada CNN.com, ketika dihubungi. Selain itu, Rose mengatakan bahwa memiliki boneka arwah atau bentuk lainnya bisa menjadi tujuan hiburan bagi seseorang. Dalam kasus boneka, komunikasi terjadi hanya dalam satu arah.
Boneka itu tidak akan mengeluh atau menangis ketika ditinggalkan dan menerima kasih sayang yang kurang. Dia menekankan bahwa boneka hanyalah benda mati pasif yang cocok untuk hiburan sekedarnya saja.
Rose Mini juga mengumpamakan Jika Anda memelihara atau mengadopsi kucing. Anda akan lebih bertanggung jawab untuk memperhatikan hewan tersebut. Namun orang-orang ini hanya membutuhkan teman, sehingga mereka memelihara sesuatu yang pasif.
Penting untuk membedakan antara kenyataan dan halusinasi.
Menurut Rose Mini, bermain dengan boneka arwah atau spirit doll tidak berbeda dengan anak kecil yang bermain dengan boneka berbagai bentuk. Selama Anda dapat membedakan kenyataan dan halusinasi, Rose menyatakan hal tersebut tidak masalah.
Oleh karena itu, ia menekankan bahwa penting untuk menentukan apakah orang yang bermain dengan boneka arwah menganggap boneka mereka tidak bernyawa, atau apakah mereka sebenarnya dianggap makhluk dan memiliki emosi manusia.
Sulit Membedakan Antara Realitas Atau Imajinasi
Selain itu, Rose menjelaskan Jika Anda tidak dapat membedakan kenyataan atau realitas dengan imajinasi, itu sudah mulai berbahaya. Ketika hal tersebut terjadi, disarankan untuk melalukan konsultasi dengan profesional.
Kemudian, Psikolog Koentjoro dari Universitas Gadja Mada, mengatakan hal yang senada. Akan menjadi masalah jika orang yang memelihara boneka arwah itu bersikap seolah bokena tersebut seperti anak sendiri. Hal berbahaya lainnya adalah ketika Anda berteriak atau memarahi seseorang yang menyebut boneka itu benda mati.
Koentjoro menyatakan bahwa perilaku ini mungkin disebabkan oleh kaitannya dengan gangguan psikologis displacement, sikap atau gangguan yang ada dalam diri sendiri. Sikap tersebut ditunjukkan dengan emosi kemudian disalurkan kepada orang lain atau benda mati yang tidak mungkin melawan balik.
Ia mencontohkan Jika ada seseorang membutuhkan cinta tapi menerima reaksi yang tepat, orang akan mengarahkan ke hal lain. Misalnya adalah boneka. Boneka tidak akan melawan dan akan menuruti semua keinginan seseorang. Itulah yang dinamakan perilaku displacement.
Namun, Koentjoro mengatakan bahwa fenomena boneka arwah yang banyak diperlihatkan oleh para selebriti mungkin saja sudah menjadi gaya hidup. Mereka hanya butuh tempat untuk bermain dan bersenang-senang dengan barang-barang non-pertengkaran atau non perlawanan.