Jalurmedia.com – Mutasi virus COVID-19 Omicron dapat menyebabkan gejala pada pasien yang muncul hanya pada malam hari. Salah satu dokter Inggris mengatakan, varian baru dari virus corona menyebabkan beberapa orang yang terinfeksi berkeringat banyak di malam hari.
Amir Khan dari United Kingdom National Health Service (NHS) mengatakan, dari lima pasien COVID-19 yang terinfeksi mutasi Omicron, satu orang mengalami gejala yang signifikan karena hanya muncul pada malam hari.
Seperti dikutip Medical Daily, Senin (3/1), Khan mengatakan keringat malam yang dialami pasien bisa membangunkannya hingga mengganti pakaiannya. Ini bukan pertama kalinya para ahli mengamati peningkatan keringat malam pada pasien COVID-19.
Pada bulan Desember, tim peneliti juga mencatat bahwa ada sekitar 114 dari 212 peserta studi melaporkan berkeringat parah. Kemudian 102 diantaranya melaporkan berkeringat di malam hari saat melawan virus corona.
Sementara itu, penelitian lain yang sebelumnya diterbitkan oleh Rumah Sakit Universitas Guizhou, menemukan bahwa keringat malam mungkin merupakan gejala pertama pneumonia COVID-19.
Namun, laporan ilmiah tidak didukung oleh bukti yang luas. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi apa yang telah ditemukan para peneliti. Sejak itu, beberapa profesional medis mengenali keringat malam sebagai gejala infeksi COVID-19. “Penting bagi kita untuk memantau gejala-gejala ini.
“Jika kita ingin melacak kasus COVID-19 varian Omicron di seluruh dunia, kita harus bisa menguji orang dengan gejala tersebut,” kata Khan, dikutip dari New York Post.
Dibandingkan gejala COVID-19 varian Delta yang hanya menyebabkan gejala ringan seperti gatal di tenggorokan, nyeri otot ringan, kelelahan ekstrem, batuk kering, dan keringat malam.
Hal yang sama dikatakan oleh dokter Afrika Selatan Angelique Coetzee. Dia mengatakan sebagian besar pasien mutasi COVID-19 menunjukkan gejala yang sangat ringan.