Jalurmedia.com – Pada pekan ini bank sentral AS (The Fed) berencana akan memberikan pengumuman terkait dengan kebijakan moneter yang akan diterapkan Amerika Serikat. Namun dibalik rencana tersebut keuntungan berada di pihak negara-negara Asia saat ini termasuk Indonesia. Sejak pekan lalu tepatnya Jumat (10/12) nilai tukar rupiah terus meningkat pada angka 21 point.
Bagi negara-negara Asia, mata uang rupiah ikut menguat bersama dengan mata uang Asia lainnya. Hingga hari ini per Senin (13/12) tercatat bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berada pada nilai Rp 14.350. Apresiasi terhadap rupiah tersebut dicatat tepat sekitar pukul 10.17 WIB.
Seiring dengan kenaikan harga rupiah yang semakin tegar sejak pekan lalu, membuat Indonesia berada pada zona hijau. Terutama terkait dengan pergerakan mata uang dunia. Berdasarkan data Bloomberg, dilaporkan bahwa mata uang Asia lainnya juga menguat terhadap dolar AS. Mereka adalah Singapura yang naik 0.02%. Kemudian diikuti oleh yuan China pada angka 0.12% dan juga won Korea Selatan pada 0.23%.
Dikutip dari CNN, Analis Pasar Uang Ariston Tjendra memprediksikan bahwa mata uang rupiah akan tertahan pada kisaraan nilai tukar saat ini yakni pada angka Rp 14.350 sampai dengan tertinggi pada Rp14.380. Namun hal ini masih menjadi perkiraan saja. Nilai tukar rupiah tertahan terhadap dolar AS seiring dengan kenaikan inflasi yang terjadi pada perekonomian Amerika Serikat.
Nilai Tukar Rupiah Mengalami Kenaikan
Hingga saat ini tercatat bahwa nilai tukar rupiah sendiri telah naik pada angka 0.17% sejak pekan lalu. Meskipun inflasi AS terus meningkat ke level yang cukup tinggi selama beberapa pekan terakhir dan hampir pada 4 dekade terakhir.
Atas inflasi yang terus meningkat dikutip dari CNBC, sebagai bank sentral AS The Fed akan mengumumkan rencana terkait dengan kebijakan moneter yang akan diambil oleh AS terkait dengan laju perekonomian yang terus mengalami penurunan. Diperkirakan bahwa The Fed akan menaikan suku bunga pada tahun depan hingga 2 sampai 3 kali.
The Fed sendiri diperkirakan akan terus meningkatkan tapering hingga menjadi 30US$ per bulan. Kebijakan tapering sendiri merupakan kebijakan yang dibuat oleh bank sentral untuk meredam inflasi yang terjadi dengan suku bunga sebagai acuan utamanya.
Sebagai bank sentral, The Fed mengambil langkah cepat tanggap terhadap inflasi yang terus meningkat selama 4 dekade terakhir ini. Dengan harapan bahwa dalam beberapa bulan ke depan dengan adanya kebijakan tapering ini bahwa perekonomian akan kembali ke posisi aman dan normal.
Namun hingga saat ini belum dipastikan kurun waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan posisi tersebut. Namun berbagai perencanaan kebijakan ekonomi terus dilakukan. Mengingat inflasi saat ini yang sedang berlangsung tercatat sebagai inflasi tertinggi sejak 1982 silam.