Mengenal Istilah Influencer Fatigue, Benarkah Popularitas Influencer Menurun?
Lifestyle

Mengenal Istilah Influencer Fatigue, Benarkah Popularitas Influencer Menurun?

Jalurmedia.com – Influencer, terutama selebriti, adalah bagian integral dari merek besar. Karena mereka adalah rahasia sukses dalam strategi pemasaran. Dan apa hasilnya? Ribuan orang berpengaruh berlomba-lomba memamerkan keunggulan mereka. Namun baru-baru ini, muncul fakta mengejutkan yang menunjukkan bahwa influencer tidak cukup kuat untuk mempengaruhi pasar atau menyebabkan influencer fatigue. Artinya konsumen mulai bosan dengan influencer.

Menurut Anda apa yang mendorong perubahan ini? Padahal influencer ini hanya mempromosikan produk. Apa karena mereka sering terlibat dalam bisnis dan skandal? Mari kita lihat mengapa konsumen mulai bosan dengan influencer.

Mengenal Istilah Influencer Fatigue

1. Meningkatnya Permintaan Untuk Authentic Engagement

Bosan dengan semua postingan promosi yang menampilkan peralatan pemutih gigi, pakaian trendi, atau pose selebriti dengan penekan nafsu makan herbal? Pengguna media sosial saat ini sangat menginginkan konten yang benar-benar realistis.

Audience hari ini membutuhkan cerita menarik dari orang-orang nyata, seperti Caroline Calloway dan ghostwritternya, Natalie Beach, yang telah memengaruhi perjalanan dan gaya hidup.

2. Fake Influencer Dengan Fake Follower, Fake Engagement Dan Fake Like

Ada masalah lain, seperti influencer palsu di platform Instagram dan Twitter yang membeli pengikut, like, dan engagement. Nah, kalau mau sukses, influencer memang harus punya banyak followers. Tapi mereka justru mengambil jalan pintas untuk mendapatkan itu semua.

Menurut hasil survei, mereka terkadang menemukan influencer yang bekerja untuk merek-merek besar bahwa sekitar 70% pengikut mereka adalah palsu. Maka tidak heran jika influencer fatigue muncul.

3. Konten Klise Dan Berulang

Karena konten yang sama ditampilkan setiap hari, kejenuhan pengguna terus meningkat. Kita adalah target influencer yang tidak pernah berhenti menjual produk dengan gaya dan estetika yang sama.

Apakah itu konten matras yoga yang berpose di pantai dengan latar belakang matahari terbit? Atau foto roti panggang alpukat yang dikelilingi oleh barang-barang mewah yang indah. Atau bahkan selfie di tempat Gym yang terlalu sempurna untuk menjadi kenyataan. Hingga 47% konsumen melewatkan konten yang hampir sama dari influencer ini.

Generasi baru influencer seperti Emma Chamberlain dan Joanna Cedia muncul untuk mengambil dimensi baru dan mengisi kejenuhan konsumen saat ini dengan konten berkualitas tinggi. Sebagai pembuat konten, mereka berdua menarik pemirsa dengan cara yang unik dan terkadang sedikit norak untuk membuat konten yang disukai orang.

4. Terlalu Bergantung Pada Nama Besar

Tren lain yang menjauhkan pemirsa dari influencer adalah keterikatan berlebihan pada nama-nama selebriti populer seperti Kim Kardashian. Tapi dia tidak mungkin bisa menjual semuanya.

5. Mengadakan Acara Publik Untuk Keuntungan Komersial

Singkatnya, influencer dan brand berpura-pura berdedikasi untuk tujuan penting di seluruh dunia, tetapi pada kenyataannya mereka hanya ingin mendapatkan perhatian publik. Ada banyak influencer, brand, dan organisasi yang siap memberikan alasan kuat untuk membangun audiens online.

Kelima faktor ini berkontribusi penuh pada meningkatnya ketidakpercayaan publik terhadap influencer dan media sosial yang terkait dengan kebosanan mereka. Sehingga muncullah istilah influencer fatigue.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *