Jalurmedia.com – Saat mengunjungi wilayah Sumatera Selatan, khususnya kota Lubuklinggau, wisata alam, religi, dan sejarah tidak bisa diabaikan. Jangan lupa untuk membawa pulang ke rumah oleh-oleh tradisional Batik Durian khas Lubuklinggau. Batik Durian bukan sekadar batik, karena telah “menjajah” perhelatan fesyen ternama dunia, Milan Fashion Week 2021.
Batik Durian lahir dari keprihatinan terhadap Rencana Yetti Oktarina Prana, Ketua Dekranasda Lubuklinggau. Seorang perempuan akrab bernama Rina Prana mengatakan bahwa Lubuklinggau adalah kota yang luas, sehingga perlu menghadirkan ciri khas kota tersebut. Properti ini tidak hanya menarik, tetapi juga meningkatkan potensi ekonomi masyarakat.
“Untuk pertama kali pada Juni 2013, lembar pertama selesai dikerjakan. Ini merupakan kali pertama semenjak suami saya [SN Prana Putra Sohe] diangkat menjadi walikota dan saya menjadi ketua Dekranasda,” kata Lina, Rabu (13/10), Rina sebutkan dalam konferensi pers.
Durian adalah produk alami kebanggaan Lubuklinggau. Rina mengatakan, perkebunan durian dibudidayakan secara tradisional di salah satu kecamatan di Lubuklinggau. Durian tidak pernah panen. Petani sebenarnya menunggu durian matang di pohon sebelum tumbang secara alami.
Tidak hanya mengembangkan batik Lubuklinggau juga mengembangkan kain seperti songket dan tenun. Namun, batik tumbuh lebih cepat dari kain lainnya. Hal ini karena mudah diperoleh, tidak membutuhkan waktu lama dalam pembuatannya, dan memiliki harga jual yang rendah. Hingga beberapa tahun terakhir ini orang sudah mulai hafal jika melihat batik durian, pasti tahu batik itu dari Linggau.
“Penampilan buah durian langsung dikenali dari durinya. Visual durian pada batik ditampilkan terbelah dan memperlihatkan daging buahnya,” tutur Rina.
Namun, motivasinya semakin banyak, dan beberapa batik durian menampilkan durian utuh atau yang masih ada di pohon.
Melenggang di Milan Fashion Week
Pendiri Instituto di Moda Burgo Indonesia, Jenny Johanna Kansil mengetahui bahwa Batik Durian khas Lubuklinggau dapat mewakili koleksinya. Melalui label JYK, Batik Durian dipamerkan di Istana Visconti dalam ajang Milan Fashion Week 2021.
Koleksi Spring/Summer 2022 yang bertajuk Revolutionary Hope ini memiliki 10 tampilan yang fashionable. Dalam situasi pandemi, masyarakat perlu beradaptasi dan melakukan terobosan. Jenny mengatakan terobosan ini datang dari dalam, untuk harapan. Batik Durian ia rasa bisa menjelaskan topik itu.
“Orang akan berpikir, apa itu durian? Penuh duri dan baunya menyengat, tapi di dalamnya sangat lembut. Durian bisa mengungkapkan harapan. Secara fisik (tapi pertarungan terbayar dengan baik),” ungkapnya.
Batik dibuat dengan menggunakan pewarna alami. Jengkol memberikan warna coklat tua yang indah, dan kenari pinang memberikan warna coklat cerah dan lembut. Selain batik, pakaian tersebut juga menggunakan kulit vegan Bell Society.
Anehnya, batik diterima dengan hangat dan positif di Italia. Lefianna Hartati Ferdinandus, Wakil Direktur (Wakeppri) Kantor RI di Roma, mengatakan upaya penguatan diplomasi wastra Indonesia harus terus dilakukan.
Dalam kesempetan itu ia menyatakan bahwa berbagai partai politik Italia menyambut positif tentang partisipasi dan diplomasi mereka. Motif batik mulai dikenal tidak hanya karena keunikannya, tetapi juga karena prosesnya yang ramah lingkungan.
Melalui keikutsertaannya dalam perhelatan fashion internasional, Batik Durian semakin banyak peminatnya. Rina mengakui bahwa sambutan dan dampak bergabungnya Durian Batik di Milan Fashion Week melebihi ekspektasinya.
“Minatnya meroket dan luar biasa. Kami akan terus berusaha untuk tidak mengecewakan fans kami,” tambahnya.