Jalurmedia.com – Dua puluh tahun yang lalu, lebih dari 60% orang Amerika menyaksikan serangan teroris terburuk dalam sejarah di Amerika Serikat, baik pada saat kejadian maupun saat tayangan ulang. Kejadian tersebut membunuh hampir 3.000 orang. Ini adalah kejadian mengerikan yang dialami orang Amerika setidaknya sejak Perang Dunia II. Dampak trauma psikologi pun dialami oleh warga Amerika pasca tragedi 9/11
Sampai saat itu, orang mungkin lebih optimis atau berpikir ini tidak mungkin terjadi di sini. Serangan teroris terjadi di luar negeri, tetapi tidak di negara kita, Amerika.
“Sebenarnya konsep ketakutan akan kekerasan sehari-hari bukanlah bagian dari kebiasaan kebanyakan orang Amerika.” kata Roxanu Cohen Silver, profesor psikologi di University of California, Irvin.
Cohen Silver, yang mempelajari efek trauma massal, menemukan bahwa beberapa orang yang tidak terlibat langsung dalam serangan 9/11 memiliki gejala yang sebelumnya diasumsikan oleh para ahli sebagai akibat dari trauma langsung.
Ia juga menuturkan, rang-orang yang banyak menonton televisi pada minggu pertama setelah 9/11 lebih cenderung menunjukkan gejala stres pasca-trauma dan penyakit fisik bertahun-tahun kemudian. Gejala-gejala ini sering mencakup penyakit fisik seperti kecemasan, ketakutan, dan masalah kardiovaskular.
Dampak Trauma Psikologi Manusia
Cohen juga menyebutkan dimana ia telah menemukan bahwa peristiwa berskala besar sejenis tragedy 9/11 dapat memengaruhi orang-orang di luar komunitas yang terkena dampak langsung. Seperti halnya peristiwa di New York dapat memengaruhi orang-orang di Kansas. Peran penting yang dimainkan media dalam menyebarkan informasi mengenai tragedy tersebut juga mempengaruhi kesadaran dan potensi kecemasan.
Kebangkitan media sosial dan telepon pintar dalam 20 tahun terakhir, telah meningkatkan akses ke gambar-gambar kekerasan berskala besar. Selain itu, editor berita dan perantara lainnya tidak mengesampingkan konten yang mungkin menghalangi. Kecepatan pengambilan gambar-gambar ini juga meningkat.
Anak muda Amerika yang lahir setelah 9/11 tumbuh di dunia dimana kekerasan skala besar menjadi lebih umum. Sejak 1999, lebih dari 230 tembakan di sekolah telah menewaskan 13 orang di Columbine High School dekat Denver.
Sejak 49 orang tewas dalam bom yang terjadi di klub malam Orlando 2016, serangan skala besar terus berlanjut. Termasuk di tempat yang dianggap aman oleh orang Amerika. 58 orang tewas dan ratusan terluka dalam sebuah konser di Las Vegas pada 2017. Sebelumnya juga, 22 orang tewas dalam penembakan di Wal-Mart di Texas bulan lalu.
Cohen Silver menyebutkan, mereka sangat dipengaruhi oleh peristiwa baru, peristiwa terkini, angin topan, dan kekerasan berskala besar. Peristiwa ini sering terjadi dan semuanya tragi.
Rata-rata orang Amerika tidak memiliki kendali atas kekerasan di sekitarnya, tetapi dia melindungi kesehatan mentalnya tanpa membanjiri dirinya dengan gambar-gambar tragedi yang secara psikologis tidak sehat.