Jalurmedia.com – Sleep Apnea obstruktif rupanya telah menjadi masalah kesehatan yang umum secara global. Literatur terbaru memperkirakan bahwa lebih dari 1 miliar orang mengalami gangguan tidur kronis ini.
Sebuah studi oleh Penn State College of Medicine di Hershey, yang muncul di BMJ Open Respiratory Research, menemukan fakta terkait penyakit ini. Dalam penelitian tersebut detemukan bahwa Sleep Apnea obstruktif dapat menyebabkan risiko kematian mendadak yang jauh lebih besar daripada mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut.
Jika dicari artinya, kata apnea berarti “tanpa nafas.” Selama Sleep Apnea obstruktif terjadi dalam tidur, ada pengurangan atau penyumbatan total aliran udara. Gangguan tidur ini memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara. Salah satunya termasuk rsa kantuk berlebihan di siang hari, kelelahan, dan dengkuran yang cukup besar.
Baca juga: Alasan Kenapa Mengantuk Setelah Makan! Simak Baik-Baik Ya!
Konsekuensi Dari Sleep Apnea
Sementara gejala-gejala ini berpotensi mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Mereka juga dapat memiliki konsekuensi yang lebih serius.
Para peneliti di Penn State melakukan tinjauan sistematis terhadap literatur. Mereka akhirnya dapat mengidentifikasi 22 studi yang berfokus pada Sleep Apnea obstruktif, kematian jantung, dan kematian mendadak.
Tim menganalisis data gabungan dari studi ini dengan meta-analisis. Analisis kuantitatif mencakup total gabungan lebih dari 42.000 individu di seluruh dunia. Usia rata-rata peserta adalah 62 tahun, dan 64% dari responden merupakan laki-laki.
Meta-analisis menunjukkan bahwa individu dengan gangguan tidur ini dua kali lebih mungkin mengalami kematian mendadak. Hal ini lebih besar dibandingkan mereka yang tidak memiliki kondisi tidur seperti ini. Studi ini juga mengidentifikasi bahwa penyakit ini mengakibatkan risiko kematian kardiovaskular hampir dua kali lipat seiring bertambahnya usia.
Baca juga: Imun Turun! Kamu Harus Hati-Hati Dengan 5 Kebiasaan Ini!
Diagnosis Dan Pengobatan Tepat Waktu
Dalam sebuah wawancara dengan Medical News Today, Dr. Ryan Soose, direktur Divisi UPMC, mengatakan bahwa pihaknya telah lama mengetahui fakta ini. Diketahui bahwa pasien Sleep Apnea yang tidak diobati lebih mungkin untuk mengembangkan tekanan darah tinggi. Tidak hanya itu, penderita Sleep Apnea juga berpotensi mengalami penyakit jantung jika tidak segera diobati.
Tetapi risiko kematian mendadak yang dilaporkan dalam penelitian ini membuat diagnosis dan pengobatan yang tepat waktu menjadi lebih mendesak untuk dilakukan.
Efek sistem saraf pada siklus tidur manusia dapat menjelaskan hubungan antara sleep apnea dan peningkatan tingkat kematian mendadak.
Karena kurangnya oksigen yang dialami oleh penderita penyakit ini, sistem saraf pusat mungkin terlalu terangsang untuk meningkatkan aliran udara. Pada akhirnya, kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik seseorang.
Selain itu, seseorang dengan sleep apnea akan mengalami stres oksidatif. Kondisi ini dapat berkontribusi pada ketidakseimbangan antioksidan dalam tubuh. Ketidakseimbangan ini dapat merusak sel dan mempercepat proses penuaan. Ini juga dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan dari waktu ke waktu.
Diperlukan Penelitian Tambahan
Para peneliti dari Penn State mencatat beberapa keterbatasan studi terkait penyakit ini. Karena penelitian tersebut melibatkan 22 penelitian terpisah. Faktor selain Sleep Apnea obstruktif mungkin telah mempengaruhi data dalam setiap penelitian.
Juga, meskipun meta-analisis termasuk studi dari Amerika Utara, Australia, Eropa, Asia, dan Amerika Selatan, tidak ada studi dari Afrika. Para penulis mencatat bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah hasil dari penelitian ini berlaku untuk populasi Afrika.
Selain itu, mereka menekankan perlunya perawatan dan intervensi terkait dengan penurunan dan akhirnya mencegah apnea tidur obstruktif di seluruh dunia. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan kelangsungan hidup dan meningkatkan kualitas hidup seseorang. (pus)