Jalurmedia.com – Sejak seminggu terakhir, konflik Taliban dan Afghanistan rupanya semakin memanas. Banyak perwakilan dari negara-negara tetangga di evakuasi dari Afghanistan. Bahkan Amerika Serikat secara massive mengevakuasi seluruh pasukan militernya dari negara tersebut.
Sementara itu, kepanikan melanda kota Kabul. Banyak dari warga mengaku bahwa anggota kelompok Taliban datang membawa senjata ke rumah-rumah warga. Mereka datang untuk mencari orang-orang yang bekerja di pemerintahan Afghanistan.
Baca Juga: Konflik Taliban Dan Afghanistan, Apa Yang Sebenarnya Diinginkan Taliban?
Alasan Amerika Serikat Pergi Dari Afghanistan
Gerakan cepat dari kelompok Taliban yang menginvasi Afghanistan sangat bertepatan dengan evakuasi pasukan militer Amerika dan Australia di ibukota Kabul.
Sebelumnya, Amerika telah mengumumkan niatnya untuk meninggalkan Afghanistan pada tanggal 11 September 2021. Tanggal itu dipilih karena bertepatan dengan peringatan serangan 9/11 atau serangan 11 september yang terjadi pada tahun 2001. Serangan tersebut diklaim sebagai serangan bunuh diri dan tindak terorisme yang dilakukan oleh kelompok militan islam Al-Qaeda.
Saat itu, Al-Qaeda tengah dipimpin oleh Osama Bin Laden. Mereka meluncurkan serangan udara lewat pembajakan 2 pesawat berpenumpang yang kemudian ditabrakkan ke menara kembar world Trade Center di New York City. Kelompok militan Taliban juga merupakan pendukung dari kelompok Al-Qaeda.
Kembali ke pertanyaan sebelumnya, rupanya presiden Amerika Serikat Joe Biden memutuskan untuk menarik pasukannya lebih cepat dari waktu yang ditentukan.
Dalam keterangannya, Biden menuturkan bahwa konflik 20 tahun tersebut sebagai “perang yang tak berkesudahan”. Ia juga dengan bergegas menarik seluruh investasi Amerika Serikat terhadap Afghanistan.
“Sudah lebih dari 150.00 orang yang meninggal selama perang ini terjadi” ungkapnya. Selain itu, Biden mengklaim bahwa sebanyak 2.000 anggota pasukan militernya telah tewas dalam pertempuran tersebut. Selain nyawa, AS juga kehilangan banyak materi hingga triliunan dolar hanya untuk membiayai perang tersebut.
Ribuan Korban Berjatuhan Dalam Perang Selama 20 Tahun
Puluhan ribu nyawa penduduk sipil melayang akibat konflik Taliban. Dan tak terhitung berapa jumlah tentara Afghanistan yang harus rela gugur di tanah kelahirannya sendiri.
Australia juga mengambil sikap yang sama. Pihaknya mengklaim bahwa sebanyak 41 anggota militernya gugur dalam perang tersebut. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah, banyak diantara para prajurit diperkirakan akan mengalami masalah kejiwaan pasca perang. Ini bisa saja terjadi mengingat segala hal yang harus mereka hadapi selama mengatasi perang saudara di negara tersebut.
Dikutip dari CNBC, Tepatnya pada satu bulan yang lalu, Presiden Joe Biden sempat meminta kepada para pemimpin Afghanistan untuk menciptakan kedamaian. Ia berkata agar para pemimpin bersatu dan bergerak menuju masa depan yang lebih cerah. Pernyataan tersebut bertujuan untuk segera menciptakan lingkungan yang damai tanpa peperangan di tanah Afghanistan.
Namun sayang seribu sayang, permintaan resmi dari Presiden AS tersebut tidak diindahkan oleh Presiden Afghanistan Ashraf Ghani. Pihaknya justru memilih meninggalkan negaranya dalam kekacauan konflik Taliban.
Ashraf Ghani dikabarkan telah pergi dari negaranya. Beberapa pejabat pemerintahan Afghanistan juga turut mengikuti jejaknya untuk meninggalkan negara tersebut. Atas tindakan tersebut, Istana Kepresidenan Afghanistan dengan mudah dapat dikuasai oleh kelompok Taliban tanpa perlawanan yang berarti dari prajurit pemerintahan.
Baca juga: Konflik Taliban Dan Afghanistan? Ini Penjelasan Singkatnya!
Lantas Apa Yang Terjadi Selanjutnya?
Dengan kondisi yang seperti ini, banyak pihak mengklaim akan sangat sulit untuk memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya. Opini yang prematur pun dengan mudah berkembang di masyarakat. Namun Taliban sudah mengklaim bahwa sebagian besar wilayah Afghanistan telah dikuasai oleh pihaknya.
Sebelumnya pejabat Menteri Dalam Negeri Afghanistan sempat mengatakan bahwa akan ada pemerintahan transisi. Namun pernyataan tersebut langsung dibantah oleh kelompok Taliban.
Kelompok ini akan mengadakan pembicaraan intern yang secara khusus akan membentuk sistem negara Islam. Dalam pembicaraan tersebut, mereka juga akan mengatur rencana untuk menciptakan pemerintahan Islam yang terbuka dan inklusif bagi seluruh masyarakat Afghanistan.
Seperti yang beredar luas di sosial media akhir-akhir ini, konflik Taliban menyebabkan ribuan warga berlomba-lomba untuk melarikan diri dari Afghanistan. Mereka berusaha kabur melalui bandara internasional Kabul. Bahkan mereka berusaha untuk ikut terbang dengan pesawat jemputan militer Amerika saat pesawat dalam kondisi siap take off untuk terbang.
Australia dan 60 negara lainnya telah meminta kepada seluruh pejabat asing agar segera kembali ke negara masing-masing. Selain itu para pejabat asing ini juga meminta untuk diberikan akses yang aman untuk keluar dari negara tersebut. (pus)