Jalurmedia.com – Terhitung sebanyak 100 aktivis, jurnalis, dan para oposisi pemerintah yang tersebar di sepuluh negara di dunia dilaporkan menjadi sasaran spyware. Salah satu negara yang menjadi sasaran dari spywarwe adalah Indonesia. Indonesia jadi sasaran spyware diduga karena memiliki sistem perlindungan informasi yang masih lemah.
Informasi ini diungkap oleh para peneliti. Mereka adalah tim yang khusus meneliti keamanan siber dari Citizen Lab di Universitas Toronto, Kanada Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa spyware atau perangkat pengintai ini dibuat oleh software yang bernama Candiru. Spyware ini disebut-sebut diproduksi oleh perusahaan asal Israel.
Para peneliti juga mengatakan bahwa celah kerentanan yang ada di Windows menjadi target utama dari Candiru. Operasi siber ini dilakukan di lebih dari 10 negara di dunia. Contoh saja Arab Saudi, Israel, Hungaria, Indonesia, dan tempat lainya. Ke empat negara ini telah disebutkan tadi dianggap telah membeli dan menginstal software mata-mata jarak jauh yang dibuat oleh Candiru.
Dikutip dari Bloomberg, Jumat (16/7/2021), Alat itu digunakan dalam serangan presisi terhadap komputer. “Tidak hanya itu, pesawat telepon, infrastruktur jaringan, dan perangkat dari target yang terhubung ke internet turut menjadi target serangan” kata General Manager of Digital Security Unit Microsoft, Cristin Goodwin.
Indonesia Jadi Sasaran Spyware! Apa Penyebabnya?
Sebelumnya Microsoft juga sudah memperingatkan terkait serangan ini. Serangan ini telah diteliti oleh peneliti Citizen Lab selama berminggu-minggu. Hasil analisan tersebut akhirnya terbit pada 13 Juli lalu. Microsoft pun merilis patch yang digunakan untuk menambal celah kerentanan Windows, Celah kerentanan ini yang konon diyakini menjadi pintu masuk spyware Candiru.
Microsoft sebenarnya tidak menyebut Candiru sebagai pelaku utama. Namun Microsoft merujuk pada pelaku yang bertindak sebagai aktor ofensif dari sektor swasta yang berbasis di Israel. Mereka dikenal dengan sebutan Sourgum. Dalam blognya yang terbit pada Kamis lalu, Microsoft juga mengatakan bahwa para pengguna spyware ini turut meretas politikus dan aktivis hak asasi manusia. Namun dalam pernyataannya, Microsoft menolak memberikan informasi tentang siapa saja yang telah dan akan menjadi korban berikutnya.
Spyware Candiru adalah bagian dari industri swasta. Dimana mereka menjual teknologi kepada pemerintah dan pemimpin otoriter. Fakta ini turut juga di jelaskan oleh Peneliti Citizen Lab. Mereka dapat memperoleh banyak akses ke sistem komunikasi warga negaranya dan juga pihak oposisi politik. Ini tentunya bisa menjadi hal yang sangat berbahaya dan rentan bagi keberlangsungan sebuah negara.
Peneliti senior di Citizen Lab, John Scott-Railton, mengatakan penelitian Candiru menunjukkan adanya ekosistem yang dijual kepada rezim otoriter. Ia juga mengungkapkan bahwa Alat seperti Candiru diciptakan untuk membuat ketakutan bagi pihak yang dijadikan target utama. Termasuk saat ini, Indonesia jadi sasaran spyware dan akan membahayakan sistem informasi yang telah dimiliki.
Terkait biaya untuk menggunakan Candiru, klien yang memanfaatkan teknologi ini harus membayar sebesar 16 juta euro atau Rp 273,9 miliar. Besaran biaya ini akan digunakan untuk mengintai 10 perangkat sekaligus. Sampai detik ini, pihak Candiru belum memberikan tanggapan resmi terkait informasi yang menuduh Candiru melakukan spyware pada sepuluh negara. (pus)