Jalurmedia.com – Presiden Jokowi menyinggung soal biaya logistik yang makin naik bahkan lima kali lipat lebih tinggi sejak masa pandemi. Secara virtual, dalam pidatonya di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC ke-28 , Presiden Jokowi menyoroti biaya logistik. Ia menilai biaya logistik tersebut kini jauh melambung lebih tinggi hingga 5 kali lipat.
Dalam pernyataannya, Presiden Jokowi juga mendesak ekonomi APEC untuk mewujudkan ekosistem rantai pasok global yang lebih kuat dan tangguh. Menurutnya, disrupsi terhadap rantai pasok dan logistik global justru emngundang dampak ekonomi yang semakin besar.
Jokowi juga menjelaskan bahwa pandemi COVID-19 telah mengajarkan semua negara. Terlebih terkait rantai pasok global yang hanya bertumpu pada satu atau dua negara saja. Tentunya hal ini dinilai sangat rawan.
Biaya Logistik Naik 5 Kali Lipat
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang mendampingi Jokowi juga turut menyampaikan terkait hal tersebut. Lutfi mengatakan bahwa kenaikan biaya logistik ini perlu segera ditangani dengan serius. Diketahui bahwa biaya pengangkutan kontainer saat ini naik sampai tiga kali lipat. Hal ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan sebelum pandemi. Nilai ini juga memberi pukulan telak bagi pelaku bisnis di bidang eksport dan import.
“Bapak Presiden juga menggarisbawahi pentingnya kenaikan daripada harga cost of logistic daripada kenaikan harga. Untuk pengapalan ini menjadi sesuatu yang sangat penting dan mesti ditanggulangi secara cepat. Mengingat sudah naik 3-5 kali (dibanding) sebelum COVID,” ungkap Lutfi dalam keterangan pers virtual, Sabtu (13/11) seperti yang dikutip dari Kumparan.
Dalam kesempatan ini, Presiden Jokowi juga menyampaikan pendapatnya terkait ekonomi hijau. Dalam implementasinya, Jokowi menyebut terdapat 3 hal yang penting untuk diperhatikan guna menjaga kesinambungan dunia.
“Transformasi dari ekonomi berkelanjutan dan juga ekonomi hijau. Ini menjadi sangat penting. Kita harus memperhatikan 3 hal yaitu pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan juga kebijakan iklim. 3 hal tersebut sama sekali tidak boleh saling mengadu,” ungkapnya.
“Tetapi menjadikan sesuatu bagian untuk mendapatkan sustainability di masa yang akan datang,” lanjutnya kembali.
Dalam kesepatan tersebut, Lutfi juga menambahkan bahwa dalam pertemuan itu IMF juga menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia. Kini pertumbuhan ekoomi dunia sudah tumbuh sebesar 5,9 persen. Sementara untuk negara-negara APEC lainnya, ekonomi negara tersebut diprediksi bisa tumbuh hingga 6 persen.
“Pertumbuhan ekonomi dunia menurut IMF, dunia akan tumbuh 5,9 persen. Hal ini dapat terjadi di mana negara-negara APEC akan tumbuh sedikit di atas itu yaitu di 6 persen,” ungkapnya.