Jalurmedia.com – Rumus pseudo-ilmiah yang menjelaskan sebagian besar ikatan manusia pada dasarnya adalah waktu + kasih sayang + kebersamaan = hubungan. Namun, apa yang terjadi pada manusia ketika dua elemen penting—waktu dan kebersamaan—dihilangkan atau ditingkatkan? Apakah komunikasi digital dapat menggantikan kontak manusia ke manusia? Lantas apa yang dipelajari dari hubungan selama pandemi?
Bagaimana pasangan mengatasi peristiwa stres yang belum pernah mereka temui sebelumnya? Ini adalah fokus dari serangkaian penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Social and Personal Relationships. Penelitian ini menemukan beberapa masalah khusus untuk hubungan di masa COVID-19.
“Ketika COVID melanda, menjadi jelas bagi saya bahwa akan sangat penting bagi kami untuk menyediakan ruang bagi ilmu hubungan untuk memamerkan karya mereka,” ungkap Pamela Lannutti, direktur Pusat Studi Seksualitas Manusia, Universitas Widener.
Beberapa hasilnya memperlihakan bahwa petugas kesehatan membutuhkan pasangan yang suportif selama masa ini. Komunikasi digital dengan teman membantu mengatasi kesepian.
Pasangan kampus yang berkencan menjadi terpisah ketika mereka tidak dapat bertemu satu sama lain. Yang lain sedikit lebih mengejutkan. Inilah yang telah kami pelajari sejauh ini mengenai hubungan selama pandemi.
Apa yang Dipelajari dari Hubungan Selama Pandemi
1. Peran Gender Di Rumah Semakin Jelas
Sebuah penelitian di Selandia Baru menemukan bahwa selama tindakan stay at home, dengan orang-orang yang bekerja dari rumah dan sekolah ditutup, setiap pasangan dalam hubungan heteroseksual harus mengambil lebih banyak tanggung jawab di sekitar rumah.
Tetapi wanita mengambil lebih banyak lagi. Sementara pria dan wanita menyadari bahwa situasinya tidak seimbang, hal itu hanya menyebabkan ketidakpuasan hubungan di antara wanita, kecuali jika pria melakukan banyak pengasuhan anak. Artinya, para pria dapat melihat beban yang dibawa tidak merata, tetapi itu tidak mengganggu mereka.
2. Para Single Yang Kesepian Merasa Tidak Puas
Menggunakan survei multinasional terhadap hampir 700 orang lajang dengan mayoritas adalah perempuan. Sekelompok peneliti dari seluruh dunia menemukan bahwa orang lajang lebih tertarik untuk mencari pasangan jika mereka lebih peduli dengan COVID-19.
Para peneliti berharap mereka yang single dapat menurunkan standarnya mengingat keadaan yang mendesak. Tetapi mereka tidak melakukannya, belum lagi soal penampilan.
”Mereka masih peduli dengan daya tarik fisik yang menurut saya merupakan elemen yang sangat menarik,” ungkap Jennifer Bevan, profesor komunikasi di Chapman University di Orange, California.
3. Orang-orang Yang Tidak Menyukai Video Call Terus Bertemu Secara Langsung
Berkumpul melalui video dimulai pada hari-hari awal lockdown, dengan tempat kerja dan keluarga harus dengan cepat menyesuaikan diri dengan rapat melalui Zoom, Google Meet, Webex, atau platform digital lainnya.
Sebuah studi dari Universitas Negeri Utah menemukan bahwa mereka yang mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan bentuk komunikasi ini cenderung melanggar protokol jarak sosial dan memints izin untuk menghindari pertemuan atau bertemu orang lain.
“Kebutuhan untuk terhubung mengesampingkan apa yang terjadi pada saat itu, yang merupakan pemikiran yang menakutkan,” jelas Bevan. “Bagaimana kita mengesampingkan kebutuhan akan koneksi? Aku tahu itu sangat sulit dilakukan.”
4. Karakter Fiksi Dan Selebritas Pun Terasa Seperti Teman
Lockdown terbukti menjadi waktu yang tepat untuk apa yang oleh para peneliti disebut “hubungan parasosial”, yaitu hubungan dengan orang-orang yang tidak mengenal kamu, tetapi kamu membentuk keterikatan dengannya.
Adanya perasaan keterasingan dan akses langsung untuk terhubung dengan selebritas di media social maupun platform streaming, menjadikan orang-orang lebih memperhatikan selebritas favorit mereka.
Studi ini menemukan bahwa orang-orang mempertahankan hubungan yang stabil dengan teman-temannnya ketika langkah-langkah jarak sosial berlangsung, tetapi merasa lebih dekat dengan selebritas yang mereka ikuti.
Para peneliti berteori bahwa kedekatan ini mungkin sebagian disebabkan oleh orang-orang yang mengonsumsi lebih banyak konten di rumah mereka, melalui perangkat pribadi mereka.
“Ini berbeda dengan pergi ke venue dan menonton konser. Mereka hanya duduk di rumah mereka,” kata Bevan, yang mengakui bahwa Taylor Swift membantunya melewati hari-hari yang sulit. “Itu membuat pengalaman menjadi jauh berbeda”. Tidak hanya selebritas, namun orang terkenal lainnya maupun karakter fiksi juga dapat berlaku.